REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Doyan berankupuntur? Beruntunglah anda karena terapi pengobatan ini kian terbukti memiliki banyak manfaat. Baru-baru ini, ilmuwan Amerika menemukan bahwa akupuntur, atau tusuk jarum, ternyata bisa menurunkan tingkat stres. Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Biologi dan Kedokteran, pengobatan tradisional ala Cina ini diyakini dapat mengurangi hormon yang menyebabkan stres.
Meskipun penelitian dilakukan pada tikus, ilmuwan mengatakan hasil penelitian itu bisa diterapkan kepada manusia. Penelitian di Amerika Serikat menguji efek dari akupunktur pada kadar hormon penyebab stres, 'neuropeptida Y' (NPY). Hormon ini dihasilkan oleh sistem saraf simpatik pada manusia.
Penelitian ini dilakukan terhadap empat kelompok tikus. Percobaan yang dilakukan selama 14 hari ini dilakukan pada empat kelompok tikus.
Kelompok pertama adalah tikus yang tidak stres dan tidak mendapatkan perlakuan akupuntur (sebagai kontrol). Kelompok kedua yaitu kelompok tikus stres selama satu jam dan tidak mendapatkan akupuntur. Kelompok tiga yaitu tikus yang stres dan mendapatkan akupuntur 'palsu' di dekat ekor. Kelompok keempat, tikus yang stres dan mendapatkan akupunktur dekat ekor.
Peneliti menggunakan alat elektroakupunktur sehingga bisa memastikan setiap tikus mendapatkan dosis perlakuan yang sama.
Pemimpin penelitian, Ladan Eshkevari menemukan tikus yang mendapat perlakuan akupuntur memiliki tingkat NPY yang rendah, hampir sama seperti kelompok kontrol. Sementara itu, tikus yang stres dan tidak diobati dengan akupunktur masih memiliki hormon NPY tinggi.
Akupuntur bahkan dilaporkan dapat 'melawan' terhadap stres akut. Akupuntur bisa menyebabkan penyempitan ke semua pembuluh darah kecuali ke paru-paru jantung, dan otak."Kami telah menduga akupuntur bisa mengurangi stres. Namun, ini adalah studi pertama untuk menunjukkan bukti manfaat ini," ujar Eshkevari, peneliti dari Universitas Georgetown.