REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW menjaga kesehatannya dengan menjalani bekam. Perlukah ditiru? "Ya, namun pelaksanaannya tidak boleh sembarangan," ujar dr Agus Rahmadi, dokter dari Klinik Sehat.
Bekam sendiri bisa dikatakan sebagai teknik pengobatan dengan jalan membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Ini dilakukan dengan peralatan khusus dan dilakukan oleh mereka yang ahli.
Namun, menurut Agus, tidak semua orang boleh dibekam. Mereka yang diabetes, mengalami gangguan pembekuan darah, kelainan darah, anemia, dan gagal ginjal tak disarankan berbekam. "Itu sebabnya sebelum melakukan bekam, pasien harus diukur tensinya dan ditanyakan riwayat kesehatannya," tutur dokter yang sering menjadi pembicara seminar ini.
Bekam, lanjut Agus, harus dipraktikkan oleh orang yang memahami anatomi tubuh. Sebab, kontraindikasinya bisa fatal, berujung pada kematian. "Orang dengan diabetes, misalnya, bisa timbul gangren atau makin parah gangrennya jika dibekam."
Agus menyarankan masyarakat yang tertarik bekam agar datang ke tempat praktik dokter. Di sana, sterilisasi alat, tempat, dan higiene terapis bekam akan lebih terjaga. "Sekarang, banyak orang yang awam berpraktik bekam dengan memakai kop berpindah dari satu pasien ke pasien lain, tanpa disterilisasi," sesalnya.
Bekam saja, menurut Agus, tidak cukup untuk menjaga kesehatan. Bekam hanyalah salah satu cara menuju sehat. "Tirulah Rasulullah secara menyeluruh. Jangan cuma sebagian."