Sabtu 29 Mar 2014 21:31 WIB

Dua Cara Sembuhkan Autisme

Autisme (ilustrasi)
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Autisme (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG --  Psikiater dan pemerhati autisme, dr Kresno Mulyadi, Sp.KJ menyatakan autis dapat disembuhkan melalui dua cara yaitu terapi yang intensif dan terpadu serta melakukan diet khusus bagi penyandangnya.

"Jika ada yang berpendapat autisme sudah baku dan tidak ada lagi harapan itu paradigma lama, berdasarkan temuan terbaru gangguan Autis dapat disembuhkan melalui terapi dini secara intensif dan terpadu", kata dr Kresno di Padang, Sabtu (29/3).

Ia menyampaikan hal itu pada acara Seminar Autism is Curable (autisme bisa sembuh) sebagai rangkaian peringatan hari autis sedunia 2014, diselenggarakan oleh Lembaga Intervensi Applied Behavior Analiysis, Sekolah Khusus Autisme YPPA bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat (Sumbar).

Ia menerangkan terapi yang dapat dilakukan meliputi terapi prilaku diantaranya menggunakan metode yang dikembangkan Ivar Lovaas dari UCLA yaitu konsep Aplied behavior Analysis (ABA). Terapi ABA dilakukan secara intensif selama 40 jam per minggu dalam dua tahun dimana berdasar hasil penelitian terjadi peningkatan IQ yang besar pada penyandangnya, katanya.

Kemudian, penyandang autis harus melakukan diet tidak mengkonsumsi terigu, coklat dan susu karena berdasarkan kajian terapi biomedik jenis makanan tersebut memperparah kondisinya. Ia menjelaskan pada penyandang autis terjadi peningkatan daya serap dimana protein yang seharusnya tidak lolos pada makanan yang mengandung coklat, terigu dan susu masuk ke peredaran darah dan terbawa ke otak.

Setelah berada di otak zat yang terkandung pada makanan tersebut dinilai oleh saraf memiliki rumus kimia seperti morfin sehingga memperburuk kondisi penyandang autis dan dapat diibaratkan mereka tengah mengkonsumsi morfin.

Sedangkan makanan yang mengandung terigu akan memperparah kondisi pencernaan penyandang autis yang pada umumnya berjamur. Karena itu pada penyandang autis dengan melakukan diet tidak mengkonsumsi gula, terigu dan coklat akan memperbaiki fungsi-fungsi abnormal pada otaknya, sehingga saraf pusat bekerja lebih baik dan berbagai gejala autis dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

Setelah itu jika diperlukan dapat dilakukan terapi lain sebagai penunjang berupa medikamentosa, okupasi dan fisik, wicara, bermain dan terapi khusus. Kunci dari semua itu adalah terapi dini, intensif dan terpadu sehingga dimungkinkan penyandang autis akan sembuh.

Ia mengatakan di Indonesia telah banyak penyandang autis yang dapat disembuhkan dengan terapi tersebut dan berhasil menyelesaikan studinya hingga meraih gelar sarjana. Autis pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner pada 1943 yang berasal dari bahasa Yunani dengan yaitu Autos yang memiliki arti sendiri atau seolah-olah hidup di dunianya sendiri.

Autis merupakan gangguan perkembangan neurobiologis berat pada anak sehingga menimbulkan masalah dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Gejala Autis dapat dikenali dengan ciri-ciri minimnya interaksi dan emosi yang labil serta buruknya kualitas komunikasi penyandangnya pada tiga tahun pertama kehidupannya.

Penyandang autis memiliki gangguan interaksi sosial , komunikasi, imajinasi serta pola prilaku yang berulang serta tidak mengikuti perubahan rutinitas sehingga mereka terlihat aneh dan berbeda dengan anak lain.

Autis dapat terjadi pada anak siapa saja tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan etnik dimana berdasarkan data 2012 dari 1.000 orang terdapat delapan penyandang autis didunia.

Sedangkan di Tanah Air mengacu pada data Lembaga Intervensi Terapan Applied Behavior Analysis diperkirakan penyandang autis mencapai 2,4 juta orang dengan penambahan penyandang baru 500 orang pertahun.

Autis disebabkan oleh adanya gangguan perkembangan otak akibat faktor genetik serta kondisi lingkungan berupa buruknya kualitas udara menyebabkan terjadinya pencemaran logam berat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement