REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para Ilmuwan New England Journal of Medicine mengatakan Resisten terhadap obat malaria telah menyebar di Asia Tenggara, dan kini telah mencapai perbatasan Kamboja-Thailand.
"Diperlukan tindakan segera untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari parasit malaria yang resisten terhadap antibiotik," kata para ilmuwan.
Penyebaran dapat merusak kenaikan dalam pengendalian malaria. Studi ini menganalisa sampel darah dari lebih dari 1.000 pasien malaria di 10 negara di Asia dan Afrika. "Kita perlu untuk mengambil tindakan yang lebih radikal dan membuat prioritas kesehatan masyarakat global, tanpa penundaan," ujar Prof Nicholas Putih University of Oxford seperti dilansir BBC.
Sebelumnya, ditemukan parasit malaria telah mengembangkan resistensi terhadap obat lini depan yang dikenal sebagai artemisinin, di barat dan utara Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Myanmar. Yang dikhawatirkan adalah sudut Asia di perbatasan Kamboja-Thailand, di mana resistensi terhadap obat anti malaria lainnya telah muncul di masa lalu.
"Resistensi kini hadir lebih banyak dari Asia Tenggara, dan Ini lebih buruk dari yang kami harapkan, Kita harus bertindak cepat," ujarnya.
Ia juga mengatakan ada kemungkinan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, tetapi pendekatan secara kontrol konvensional tidak akan cukup.