REPUBLIKA.CO.ID, Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Mia Sutanto menilai berbagai tayangan iklan susu formula di Tanah Air saat ini sudah melampaui batas etika.
"Kehadiran iklan susu formula hari ini cenderung membodohi, yang sebelumnya pasarnya tidak ada malah sekarang menciptakan pasar," katanya di Padang, Ahad (14/6). Ia menyampaikan hal itu saat tampil sebagai pembicara dalam talkshow dan peresmian AIMI Sumatera Barat bertema ASI Investasi Menuju Generasi Minangkabau Berprestasi.
Menurut dia, gencarnya iklan susu formula melalui berbagai media menjadi penghalang utama untuk mewujudkan program pemberian air susu ibu (ASI) ekslusif. Adapun Ketua AIMI Sumbar Ria Oktorina mengaku prihatin atas gencarnya iklan susu formula di berbagai media massa yang dikhawatirkan akan merusak cara pandang masyarakat terhadap pemberian ASI ekslusif.
"Iklan susu formula dikemas semenarik mungkin sehingga muncul pandangan jika diberikan kepada bayi, maka akan terpenuhi semua nutrisi yang dibutuhkan dan anak menjadi cerdas," ujarnya. Ia mengatakan tidak memusuhi susu formula, namun realitas yang ada di masyarakat pemahaman dan kesadaran terhadap pemberian ASI ekslusif kepada bayi masih rendah.
Jika iklan susu formula demikian masif, menurut dia, maka akan semakin membuat pemberian ASI ekslusif kepada bayi menjadi berkurang.
Pendiri Sentra Laktasi Indonesia dr Utami Roesli dalam kesempatan itu mengatakan, hanya di Indonesia ada iklan susu yang bermacam-macam mulai susu untuk anak satu tahun, dua tahun, empat tahun, susu langsing, susu untuk berotot, susu ibu hamil dan menyusui.
"Bahkan, ada susu untuk perempuan berjilbab, hingga susu untuk orang naik haji, mengapa kita harus dibodoh-bodohi seperti itu," katanya. Ia memastikan, ibu menyusui tidak memerlukan susu khusus karena belajar dari hewan yang menyusui tidak ada diantara mereka yang minum susu. Menurut dia, ASI adalah minuman terbaik yang tidak ada tandingannya bagi bayi.