Kamis 29 Sep 2022 19:50 WIB

AIMI: Konselor ASI Lebih Dibutuhkan daripada Bantuan Susu Formula

Ibu menyusui perlu mendapat dukungan untuk bisa memberikan ASI eksklusif.

Red: Reiny Dwinanda
Ibu-ibu dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Bantul berjalan menggunakan payung putih berkampanye tentang pentingnya tahapan menyusui di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Ahad (7/8/2022). AIMI menyerukan agar pemerintah memperbanyak konselor laktasi.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Ibu-ibu dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Bantul berjalan menggunakan payung putih berkampanye tentang pentingnya tahapan menyusui di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Ahad (7/8/2022). AIMI menyerukan agar pemerintah memperbanyak konselor laktasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) menyatakan bahwa ibu menyusui yang berada di daerah lebih membutuhkan peningkatan layanan konselor ASI di puskesmas dibandingkan dengan bantuan berupa susu formula bagi ibu dan bayi. Yang menyedihkan, menurutnya, lebih banyak ibu-ibu di pelosok mendapatkan bantuan susu formula ketika melahirkan daripada bantuan konseling menyusui.

"Itu yang terjadi di pelosok," kata Ketua Umum AIMI Nia Umar dalam podcast Waktu Indonesia Berencana BKKBN yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (29/9/2022).

Baca Juga

Nia menuturkan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kelahiran yang tinggi. Seharusnya, setiap layanan kesehatan di daerah mendapatkan peningkatan layanan konselor sebagai upaya untuk mewujudkan generasi unggul dan berkualitas.

Hanya saja, pada layanan seperti di puskesmas, pemerintah justru lebih memperbanyak klinik gigi dibandingkan dengan klinik laktasi. Sedangkan setiap tahun banyak sekali ibu hamil yang membutuhkan edukasi terkait teknik pemberian ASI yang benar dan optimal.

"Itu ironis ya. Lebih banyak ibu melahirkan dibandingkan yang luka terbuka, ibaratnya semua puskesmas Indonesia sekarang hampir punya klinik gigi, tapi tidak semua puskesmas punya klinik laktasi padahal harusnya lebih banyak anak yang lahir dari pada orang sakit gigi," katanya.

Nia mengatakan saat ini semua bidan maupun dokter di puskesmas sudah harus memiliki kompetensi yang dapat membantu ibu menyusui dengan cara yang tepat. Sebab, promosi yang datang dari pihak promosi susu formula semakin gencar dilakukan, bahkan pada masa emas ibu memberikan ASI pada bayi yang baru lahir.

Alasan lain yang membuat pengadaan layanan konselor ASI semakin dibutuhkan, menurut Nia, yakni terdapat oknum dalam tenaga kesehatan yang terdorong untuk membantu promosi diterima secara terang-terangan pada tiap keluarga di Indonesia. Ia menyebut masih banyak tenaga kesehatan di seluruh kota atau desa yang seperti itu.

"Masih ada yang memberikan formula tanpa indikasi medis yang tepat dengan alasan-alasan yang sebenarnya bukan alasan yang tepat untuk memberikan formula. Ini kenyataan yang pahit sekali. Ini wake up call untuk kita," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement