Kamis 06 Aug 2015 06:40 WIB

Cara Cerdas Tolak Resep Antibiotik dari Dokter

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Penggunaan antibiotik sebaiknya diminimalisir atau tidak dikonsumsi sama sekali.
Foto: pixabay
Penggunaan antibiotik sebaiknya diminimalisir atau tidak dikonsumsi sama sekali.

REPUBLIKA.CO.ID, Terlalu banyak atau terlalu berlebihan mengonsumsi antibiotik bisa menyebabkan resistensi antimikroba. Karena itu, sebaiknya hindari penggunaan antibiotik dengan berani menolak antibiotik yang diresepkan dokter jika memang tidak diperlukan.

Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) yang dibentuk oleh Kementerian Kesehatan, dr Hari Paraton, SpOG(K), menjelaskan di Thailand hampir semua sektor memberikan edukasi masyarakat supaya si dokter tak mudah meresepkan antibiotik. Masyarakat dibuat cerdas agar dapat memilah pengobatan yang benar-benar sesuai.

Penggunaan antibiotik sebaiknya diminimalisir atau tidak dikonsumsi sama sekali. Sayangnya, tingkat pengetahuan dokter di Indonesia mengenai antibiotik masih perlu ditingkatkan berdasarkan evidence base.

Sebelum menggunakan antibiotik, ada baiknya Anda melakukan tes terlebih dahulu di laboratorium. Tes bertujuan untuk memastikan apakah penyakit akibat virus atau bakteri. 

Sayangnya, sarana laboratorium khusus di Indonesia masih konvensional di beberapa tempat. Alatnya terbatas. Padahal dengan teknik modern, penyakit dengan mudah diketahui. Pengobatannya pun bisa tepat. Sayangnya banyak dokter yang coba-coba.

Selama menunggu hasil laboratorium, jangan dulu tebus resep antibiotik dari dokter. Menunda antibiotik kalau sudah ketahuan sakit akibat bakteri, memang tidak dianjurkan. Tapi kalau ada infeksi bakteri, namun bakterinya tidak diketahui jenis apa maka harus segera diberi antibiotik empiris.

Setelah itu, ambil darah, cek lab dan temukan bakterinya. Jika infeksinya ringan, penggunaan antibiotik bisa dikurangi. "Kita meminimalkan penggunaan antibiotik," jelasnya. 

Namun, jika belum terbukti sakit karena bakteri, daripada diberikan antibiotik, lebih baik ambil darah dengan suntik. Lemudian periksa laboratorium dan buktikan jika infeksi disebabkan oleh virus sehingga tidak perlu antibiotik. Jika sudah terbukti hanya karena virus, Anda harus berani menolaknya.

Bagaimana cara menolak antibiotik yang diresepkan dokter? Ia menyarankan agar Anda melakukan diskusi dengan dokter. Jika ternyata sakit Anda tidak memerlukan antibiotik, Anda bisa menolaknya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement