REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ungkapan mencegah lebih baik dari pada mengobati nyatanya benar terasa dalam penanggulangan Hepatitis C alias lever.
Fungsi hati yang rusak tentu mengganggu aktivitas sehari-hari. Doktor asal Singapura, Ooi Choon Jin mengatakan lever merupakan penyakit yang tidak meiliki gejala.
"Kebanyakan penderita tidak merasakan kehadiran penyakit. Mereka kebanyakan mengetahui di usia lanjut. Lever merupakan penyakit yang diam-diam mematikan," terang Ooi Choon Jin, Rabu (19/8) di Jakarta.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2013 lalu, angka penderita hepatitis di Indonesia mencapai 28 juta orang. Angka ini menujukan kalau satu orang lebih dari 10 orang di Indonesia positif menderita Hepatitis.
Data tersebut juga menunjukan hanya 5-10 persen saja dari 30 persen penderita yang terdeteksi menderita hepatitis. Sementara 70 persen sisanya tidak pernah terjamah tenaga kesehatan dan berujung pada hilagnya nyawa.
Petingnya pendeteksian sejak dini, terang Ooi, merupakan hal penting untuk mencegah penyebaran penyakit mematikan ini. Lanjutnya, deteksi dini juga memungkinkan tenaga medis untuk mengambil langkah lebih rinci untuk menekan pertumbuhan penyakit tersebut.
Ada beberapa langkah mudah untuk mengenali penyakit hepatitis C. Ooi mengungkapkan penderita hepatitis kerap menunjukan kekunigan pada kulit dan mata. Lanjutnya, hal tersebut juga diikuti dengan urine yang berwarna gelap dan tinja berwarna pucat.
"Gejala lainnya yakni lelah, demam, mual, hilang nafsu makan dan nyeri pada abdomen," terang Ooi.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia Rino A Gani mengatakan penyakit hepatitis bisa disembuhkan kalau penderita bisa mengenal penyakit ini. Masalahnya, kata Rino, kebanyakan pasien yang datang ke rumah sakit sudah tahap lanjut atau yang dikenal dengan sebutan sirosis.
"Kalau sudah memasuki tahap itu sulit untuk disembuhkan," terang Rino.