REPUBLIKA.CO.ID, Kegandrungan remaja pada komputer dan internet dimanfaatkan sejumlah pakar untuk mengembangkan program terapi online bagi anak muda penderita gangguan obsesif kompulsif atau OCD.
Dan ternyata uji coba ini menunjukan tingkat keberhasilan yang cukup signifikan.
Program bernama, OCD? Not Me! ini dikembangkan oleh peneliti di Universitas Curtin dan merupakan program pertama yang diujicobakan melalui internet tanpa pasien perlu melakukan tatap muka langsung dengan terapis.
Program ini menyajikan terapi berbasis bukti ilmiah dengan menggunakan media situs yang interaktif. Peserta terapi akan diberikan informasi, aktivitas dan dukungan untuk membantu mereka mengurangi gejala OCD mereka.
OCD adalah kelainan psikologis yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran obsesif dan perilaku yang bersifat kompulsif. Kelainan ini ditandai dengan pikiran dan ketakutan tidak masuk akal (obsesi) yang dapat memicu penderitanya melakukan perilaku repetitive atau berulang-ulang (kompulsi).
Sejak ujicoba diluncurkan pada oktober 2013, sekitar 300 orang telah terdaftar dan 60 diantaranya telah berhasil menyelesaikan program ujicoba ini.
Associate Professor Clare Rees mengatakan data awal menunjukan anak-anak dan remaja yang mengikuti terapi ini menunjukan tingkat kemajuan yang luar biasa.
"Kita telah menghubungi orang tuanya dan mereka mengucapkan terima kasih atas program ini karena sekarang anak laki-laki atau anak perempuannya tidak lagi menghabiskan waktu selama 3 jam di kamar mandi setiap hari, dan mereka bisa pergi ke sekolah tepat waktu dan melakukan Pekerjaan Rumah mereka,” katanya.
OCD diperkirakan dialami oleh 2 hingga 3 persen anak-anak dan sekitar 500.000 orang di Australia akan menderita OCD dalam suatu titik waktu dalam hidup mereka.
Associate Professor Rees mengatakan program ini dikembangkan untuk mengisi kesenjangan dalam pengobatan bagi anak-anak berusia 12-18 tahun.
"Kita tahu kalau anak-anak muda sudah sangat terbiasa dengan komputer dan karenanya tampaknya sangat sempurna untuk menyelenggarakan program terapi di internet."
Diantara peserta ujicoba online ini adalah Jacob Fulford, 13 tajun yang perilaku OCD-nya semakin membuatnya tertekan terutama sejak ia menginjak bangku sekolah menengah.
"Saya tergila-gila pada kebersihan dan saya selalu memastikan segala sesuatunya berada di tempatnya dan harus tersusun berdasarkan abjad. Ketika saya hendak meninggalkan rumah, saya akan memastikan pintu sudah diperiksa sebanyak 5 kali dan saya akan membuka dan menutupnya, tapi saya sudah bisa mengatasi hal itu sekarang," katanya.
Jacob juga setiap malam sulit tidur karena harus mendecakkan lidahnya setiap 20 menit sekali.
Dia mengaku program online ini telah membantunya mengatasi perilaku OCD-nya secara bertahap.
"Seiring dengan hilangnya perilaku OCD saya satu per satu, saya akan lupa dengan perilaku OCD saya tersebut dan saya juga merasa lebih muda melaluinya. Dan rasa cemas yang dulu saya rasakan juga ikut hilang. Perilaku itu sebenarnya bukan disebabkan oleh OCD tapi lebih karena rasa cemas saja. Jadi jika anda berusha menghilangkan peristiwa yang memicu kecemasan itu akan sangat membantu," tambah dia.
Selain mengikuti terapi online, Jacob juga melakukan konsultasi langsung dengan psikolog Dr Rebecca Anderson, yang juga bagian dari tim riset dalam ujicoba terapi online tersebut.
Dia dan ibunya setuju dukungan tambahan ini sangat bermanfaat.
Hasil awal dari ujicoba ini akan dipaparkan pekan ini dalam acara konferensi tahunan masyarakat psikologi Australia di Queensland.
sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-10-02/terapi-online-efektif-bantu-penderita-ocd-remaja/1499106
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement