Senin 04 Jan 2016 09:31 WIB

Sakit? Ini Kenapa Anda Sebaiknya tak Berobat ke Google

Rep: C23/ Red: Indira Rezkisari
Memeriksakan diri lewat bantuan search engine justru bisa membuat kesalahan diagnosa hingga berdampak fatal ke tubuh.
Foto: Republika/Prayogi
Memeriksakan diri lewat bantuan search engine justru bisa membuat kesalahan diagnosa hingga berdampak fatal ke tubuh.

REPUBLIKA.CO.ID, Apakah Anda salah satu orang yang biasa mengandalkan Google untuk mendapatkan informasi pengobatan ketika Anda jatuh sakit atau demam? Bila iya, mungkin Anda adalah tipe orang yang telah terjerumus dan menganggap Google sebagai ‘dokter‘ dari sakit yang Anda idap.

Sejumlah ahli kesehatan menilai perilaku atau tren mengandalkan Google untuk mendapatkan berbagai informasi tentang kesehatan atau pengobatan suatu penyakit, bisa menjadi kebisaan berbahaya. Meskipun, menurut mereka, memang tidak ada salahnya jika seseorang memeriksa gejala atau menggali informasi lebih dalam tentang penyakit yang dideritanya. Namun, mereka harus tetap mengetahui, kapan harus berhenti mengandalkan Google dan segera memriksakan penyakitnya ke dokter.

Dokter Satnam Singh Chhabra kepala (neuro-ahli bedah tulang) dari Rumah Sakit Gangaram, India, mengatakan pemanfaatan mesin pencari seperti Google, idealnya digunakan ketika seseorang didiagnosis kondisi medis tertentu dan ingin tahu lebih banyak tentang hal itu. Tapi, lanjutnya, informasi yang dihimpunnya harus digunakan untuk pengetahuan pribadi, bukan untuk mendapatkan cara pengobatan.

“Masalah terbesar adalah bahwa internet penuh dengan berbagai sumber informasi, yang di satu sisi memang ada kebenaran di dalamnya. Tapi bila ternyata gejala penyakit Anda mirip dengan penyakit lainnya, hal itu akan membuat Anda bingung. Oleh karena itu, diagnosis sesungguhnya (dari dokter) untuk kesehatan Anda sangat penting,” tutur Singh Chhabra, seperti dilansir dari The Indian Express, Senin (4/1).

(baca: Dokter Anjurkan 6 Cara Cegah Kanker Usus)

Dokter RK Singal yang berpraktik di sebuah rumah sakit di India pernah mengalami pengalaman menarik. Ia menuturkan bahwa pernah ada seorang pasien yang datang padanya dan mengeluh tentang sakit kepala cukup parah. Pasien tersebut mengatakan pada Singal bahwa dirinya pasti mengalami tumor otak. Namun, setelah didiagnosa oleh Singal, ternyata pasien itu menderita sakit kepala parah karena sakit tenggorokan yang berkepanjangan dan rhinopharyngitis (flu biasa).

“Pasien tersebut mengunjungi saya setelah sebulan sebelumnya mendiagnosis dirinya sendiri melalui bantuan internet. Apapun yang dia baca di internet, membuatnya percaya bahwa dia menderita tumor otak,” jelas Singal.

Menurut Singal, selain berbahaya karena dapat menyebabkan kekeliruan diagnosa suatu penyakit, mengandalkan internet juga berisiko meningkatkan kecemasan seseorang.

Baik Singal atau Chhabra berpendapat, memang tidak ada salahnya bila seseorang menjelajahi internet untuk mendapatkan detail informasi tentang penyakit mereka. Karena hal itu juga akan membantu mereka untuk berkonsultasi lebih dalam kepada dokternya masing-masing tentang penyakit apa yang sebenarnya dideritanya.

Tapi, mereka bersepakat, alangkah baiknya bila mereka tetap mengunjungi dan membiarkan dokter memberikan resep obat sesuai dengan keluhan, gejala, bahkan penyakit yang mereka alami.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement