REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dalam beberapa waktu terakhir dunia diresahkan dengan adanya penyebaran virus zika di Amerika Latin. Serangan virus ini dilaporkan dapat menimbulkan kecacatan otak (mikrosefalus) pada janin apabila menginfeksi ibu hamil.
Di Indonesia sendiri, viruz zika telah ditemukan pada 2015 lalu. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pertama kali menemukan viruz zika di Jambi. Dari 103 sampel darah pasien ditemukan satu sampel yang positif terinfeksi virus zika.
Namun begitu, Ketua Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UGM, Tri Wibawa mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir terhadap virus zika. Sebab virus yang menyerang masyarakat Amerika Latin ini belum teridentifikasi secara jelas di Indonesia.
“Perlu dikaji dulu apakah virus zika yang ada di Indonesia sama atau tidak dengan virus yang ada di Amerika Latin," kata Tri, Selasa (2/1).
Selain itu, ia mengatakan, perlu konfirmasi lebih lanjut apakah kejadian mikrosefalus di Kolombia memang disebabkan oleh virus zika. Menurutnya, sementara ini serangan penyakit yang berbahaya di Indonesia adalah demam berdarah.
Ia mengemukakan, virus zika yang ditemukan di Indonesia bisa saja berbeda dengan apa yang terdapat di Amerika Latin. Karenanya masyarakat tidak perlu khawatir terhadap virus ini. Selain itu, manifestasi klinis akibat serangan virus zika pun tidak separah demam berdarah yang bisa mengakibatkan kematian. “Berdasarkan laporan terdahulu, serangan virus ini tidak menyebabkan kematian, sedangkan demam berdarah bisa mengakibatkan kematian," ujar Tri.
Gejala penyakit ini ditandai dengan demam, sakit kepala, nyeri persendian, terkadang disertai dengan muncul ruam-ruam merah dan peradangan pada mata.
(Baca Juga: WHO Tetapkan Virus Zika Darurat Kesehatan Global).
Meski demikian, Tri Wibawa juga menghimbau agar masyarakat tetap mewaspadai keberadaan virus ini. Pasalnya Indonesia merupakan negara yang berpotensi terhadap serangan virus zika. Sebab virus tersebut dibawa nyamuk aides aegypti yang banyak berkembang di wilayah tropis, seperti Indonesia.
Karena itu, masyarakat diminta untuk menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya melakukan gerakan 3M+ untuk pemberantasan sarang nyamuk. Yakni menguras bak air maksimal dua pekan sekali, menutup bak air sebab nyamuk bertelur pada genangan air bersih serta mengubur seluruh barang bekas yang berpotensi memunculkan genangan air, seperti plastik dan kaca bekas.
Selain itu, masyarakat juga harus memperhatikan air yang menetes dari AC, lemari es, dan dispenser. Pasalnya genangan air dari beberapa alat rumah tangga sering menjadi media bertelur bagi nyamuk. Maka itu masyarakat harus lebih rajin membersihkan perlengkapan rumah.
“Hindari vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti agar tidak berkembang dalam jumlah banyak dan menyebabkan kerugian pada masyarakat. Pencegahannya bisa dilakukan seperti pada kasus DBD,” tutur Tri.