Selasa 09 Feb 2016 06:04 WIB

Rasa Kantuk Berlebihan Bisa Jadi Gejala Gangguan Ini

Rep: Aprilia Safitri Ramdhani/ Red: Indira Rezkisari
Anak menguap
Foto: ist
Anak menguap

REPUBLIKA.CO.ID, Sleep Apnea (SA) merupakan suatu gangguan tidur yang erat kaitannya dengan mendengkur. Gejala awal gangguan ini selain mendengkur adalah kantuk berlebihan (hypersomnia) meskipun durasi tidurnya dirasa cukup pada malam hari.

SA ternyata tak hanya bisa dialami oleh orang dewasa, namun juga anak-anak. Gangguan tidur ini juga dapat dideteksi dan diobati sejak dini. Yakni dengan melakukan terapi tidur yang dilakukan oleh dokter, guna mengetahui suara dengkuran, kualitas tidur, pola pernapasan dan lainnya.

Menurut dokter spesialis tidur dari RS Mitra Kemayoran, Dr. Andreas Prasadja, RPSG, ada beberapa tips guna menghindari gangguan ini. Diantaranya adalah selalu mengusahakan tidur dengan posisi miring agar tidak mendengkur. Selain itu, bisa juga tidur dengan meninggikan posisi bantal (posisi setengah duduk) dan menjaga berat badan agar tidak terlalu gemuk.

"Baik pada orang dewasa maupun anak-anak apabila sudah mengalami hypersomnia harus segera konsultasi ke dokter. Sementara untuk anak-anak, sebaiknya sejak dini harus dilatih untuk bernapas melalui hidung bukan dengan mulut. Hal ini berguna agar mulut anak tidak selalu menganga ketika fokus pada sesuatu, sehingga ketika tidur anak juga tidak mendengkur," ungkapnya, beberapa waktu lalu.

(baca: Ilmuwan Ungkap Sarapan Terbaik untuk Anak)

Senada dengan Andreas, menurut spesialis THT RSUP Fatmawati, Dr. Vicky Riyadi, Sp. THT-KL orang tua juga wajib memperhatikan kondisi perkembangan anak di sekolah. Termasuk ketika konsentrasinya terganggu akibat sering mengantuk, sehingga mengakibatkan prestasinya juga menurun.

"Batuk pilek berulang kali pada sang anak juga harus diwaspadai. Bisa jadi anak memiliki bakat gangguan Sleep Apnea akibat saluran napasnya menyempit. Terlebih jika tubuh sang anak gemuk, maka disinilah pentingnya menjaga berat badan agar tidak gemuk," kata Vicky.

Walaupun SA dapat menjadi penyebab seseorang mengalami kematian mendadak, namun Vicky mengungkapkan bahwa secara keseluruhan sebenarnya SA tidak langsung dapat membuat seseorang mati mendadak. Terkecuali SA yang di derita sudah sangat berat, sehingga bisa mempengaruhi kerja organ-organ seperti jantung, paru-paru dan lainnya.

"Tidak akan menyebabkan kematian mendadak andaikan gejala-gejala awalnya dapat diketahui sejak dini, sehingga pengobatannya pun dapat dilakukan sedini mungkin. Maka, apabila sering mendengkur dan mudah mengantuk berlebihan sebaiknya jangan dianggap remeh, dan segera memeriksakan diri ke dokter," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement