REPUBLIKA.CO.ID, Susu jadi salah satu sumber nutrisi yang kerap disalahartikan. Banyak pelaku diet terutama yang menghindari susu.
Ahli gizi sekaligus nutritionist Emilia Achmadi MS, RD mengatakan banyak mitos yang salah mengenai susu yang terlanjur dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka para pelaku diet. Emilia menekankan bahwa hal tersebut sebenarnya salah, karena WHO sejak 3-5 tahun lalu telah menyatakan susu merupakan sumber kalsium yang baik bagi manusia tak terkecuali bagi mereka yang sedang diet.
“Para pelaku diet terlanjur berasumsi jika lemak yang terkandung di dalam susu dapat meningkatkan berat badan. Padahal, disadari atau tidak lemak dalam susu lebih rendah dibandingkan dengan mengkonsumsi satu piring kecil calamari atau kentang goreng. Susu justru sangat baik bagi mereka yang sedang diet, karena dapat menjaga berat badan namun tetap menjaga massa tulang agar tetap kuat,” ungkapnya dalam acara diskusi media The Anatomy of Fresh Milk di Jakarta, Selasa (16/2).
Mitos lain juga mengatakan bahwa susu sapi hanya baik dikonsumsi bagi anak sapi dan bukan anak manusia. Manusia sendiri, hanya boleh mengkonsumsi ASI guna memenuhi kebutuhan kalsiumnya.
Emilia sendiri setuju dengan pendapat tersebut, namun ia menekankan bahwa tidak ada fatwa khsusus mengenai hal ini. Karena ASI sendiri bagi seorang bayi hanya boleh dikonsumsi tak lebih dari satu tahun.
“Minum ASI saja sampai usia bayi satu tahun justru tidak baik, karena kualitas ASI justru akan berubah setiap bulannya. Di sinilah peranan makanan pendamping ASI (MPASI), dan peranan susu segar dari sapi bagi mereka yang usianya sudah semakin bertambah dewasa,” lanjutnya.
Lalu bagaimana dengan mereka yang alergi terhadap protein susu sapi? Emilia menjelaskan, sebenarnya ada dua jenis alergi susu yakni, alergi terhadap kandungan gula di dalamnya dan alergi terhadap protein di dalam susu itu sendiri. Apabila seseorang alergi terhadap kandungan gula di dalam susu bisa dicarikan alternatif lain agar dapat mengkonsumsi susu, yaitu dengan cara mengkonsumsi yoghurt atau keju alami.
Namun, apabila alergi terhadap protein susu ia mengungkapkan bahwa memang tidak ada alternatif lain. Hal ini dikarenakan, alergi protein susu sapi merupakan bawaan dari lahir dan presentase penderitanya di Indonesia cukup rendah.
“Untuk kondisi ini tidak ada alternatif lain, kecuali memang menghindari konsumsi susu tersebut. Namun, bisa dicarikan makanan alternatif lain yang setara gizinya dengan segelas susu. Bagi mereka yang alergi terhadap gula di dalam susu saat ini juga sudah ada alternatif lain, yakni mengkonsumsi tablet lactase agar ketika mengkonsumsi susu perut tidak terasa kembung,” tambah dia.
(baca: Ini yang Terjadi Jika Anda Berhenti Makan Daging)