REPUBLIKA.CO.ID, Fenomena alam yang langka, Gerhana Matahari Total (GMT) akan melintasi sekitar 10 provinsi di Indonesia pada Rabu (9/3). Berbagai persiapan telah dilakukan khususnya di wilayah-wilayah yang GMT bisa disaksikan dengan cukup nyata. Bahkan sejumlah daerah gencar melakukan promosi dengan target mendatangkan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara ke daerahnya untuk menyaksikan GMT.
Tapi sebetulnya, amankan menyaksikan GMT apalagi tanpa perlengkapan teleskop yang memadai? Dokter ahli mata Fitra Nalvira mengatakan, melihat langsung matahari, tanpa ada gerhana bisa merusak mata. Apalagi saat gerhana matahari total terjdi.
(Baca Juga: Mengapa tak Diajurkan Menyaksikan Langsung GMT Terjadi?)
Dia menyarankan, baik saat gerhana atau pun tidak, warga sebaiknya mengindari kontak mata langsung ke arah matahari. Akan tetapi, jika warga tetap penasaran ingin melihat fenomena langka tersebut, Fitra menyarankan agar warga melihat GMT melalui refleksi pantulan.
Refleksi pantulan ini dapat dilihat melalui cermin hingga air. Meski melihat pantulan, Fitra menyarankan agar warga tetap menggunakan sunglasses atau kacamata hitam untuk melindungi mata dari pantulan langsung sinar matahari. "Saat orang memakai teleskop pun, ada derajat tertentu yang menghindari mata kontak langsung (ke sinar matahari)," kata Fitra.