Kamis 24 Mar 2016 10:24 WIB

Hari Tuberkulosis Sedunia, Indonesia Masih Rawan Pasien Meninggal

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Indira Rezkisari
Tuberkulosis
Tuberkulosis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Tanggal 24 Maret ditetapkan sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia. Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Prof Subuh, dalam satu tahun kematian akibat tuberkulosis di Indonesia bisa mencapai 67 ribu jiwa.

“Tidak ada kematian akibat suatu penyakit menular yang melebihi TB (tuberkulosis). Satu orang dengan TB aktif menginfeksi 10 sampai 15 orang per tahun. Satu dari 10 orang yang terinfeksi menjadi TB aktif selama hidupnya," kata Subuh dalam jumpa pers di kantor Kemenkes, Jakarta, Rabu (23/3).

Bakteri tuberkulosis menyebar dari orang ke orang, tanpa perantaraan vektor hewan. Biasanya, bakteri terhirup manusia bersamaan dengan partikel yang menempel dari air ludah, dahak, atau bekas bersin. Itulah mengapa pemakaian masker penting bagi mereka yang sudah mengidap TB.

Meskipun berpotensi mematikan, tuberkulosis merupakan penyakit yang dapat disembuhkan total. Masalahnya, lanjut Subuh, masih cukup banyak pengidap tuberkulosis yang kurang menyadari pentingnya kesabaran dan konsistensi berobat. Pengobatan tuberkulosis memerlukan jangka waktu sampai enam bulan.

Pasien harus minum obat beberapa butir sekali minum setiap hari rutin, tidak boleh terlewat. Bila lalai satu hari saja, pasien terpaksa mengulang jadwal minum obat dari awal. Kemudian, bila pasien abai terhadap pengobatan, bakteri tuberkulosis dikhawatirkan bisa kebal terhadap obat, sehingga semakin kuat dan melemahkan tubuh pasien.

Subuh mengungkapkan, sejak kampanye penanggulangan tuberkulosis ada di Indonesia 125 tahun lalu, menyadarkan masyarakat akan pentingnya berobat masih sebuah tantangan. “Karenanya kita pakai pendekatan berbasis keluarga. Kalau dulu, kader PMO (pengawas minum obat). Kini itu dilakukan orang yang terdekat dengan pasien. Gerakan keluarga menuju Indonesia bebas TB,” ujar dia.

Kemenkes mencanangkan gerakan “Temukan TB Obati Sampai Sembuh” (TOSS). Itu sebagai gerakan terbaru dalam menjaring sebanyak-banyaknya orang yang terduga tuberkulosis. Kemenkes menargetkan, pada tahun ini, empat juta warga seluruh Indonesia diperiksa. Dari jumlah itu, delapan hingga 10 persen di antaranya diprediksi positif tuberkulosis.

Sebanyak 10 ribu puskesmas siap dengan fasilitas laboratorium terstandar dan tenaga medis. Kemenkes juga sudah menyiapkan hingga enam ratus ribu paket obat gratis untuk program penyembuhan tuberkulosis.

Subuh mengimbau masyarakat untuk menyukseskan gerakan TOSS. Pada hari peringatan tuberkulosis sedunia kali ini, puskesmas-puskesmas mengadakan penyuluhan serentak mengenai TB.

Pada 1882, bakteri penyebab tuberkulosis, mycobacterium tuberculosis, ditemukan pertama kali oleh Robert Koch. Atas jasanya, Koch mendapat anugerah Nobel di bidang kedokteran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement