REPUBLIKA.CO.ID, Meskipun pernah menolak dirinya mengalami bipolar, tapi Marshanda saat ini mengaku sangat bersyukur menjadi seorang bipolar. Dia mengaku tidak akan sampai di posisi kariernya sekarang kalau tidak mengidap bipolar.
Saat didiagosa tahun 2009 silam, ia mengaku sulit menerima kenyataan di depan mata. Sejak itu, ia mengalami berbagai gejolak kejiwaan, termasuk penyangkalan atau denial. "Awalnya, aku mengalami fase nggak terima atau denial," ujarnya. Berikutnya, dia menyalahkan banyak orang yang membuatnya menderita bipolar.
Namun sejak 2013 ia banyak belajar mengenai bipolar, dia mulai menerimanya. Bahkan sekarang ia bersyukur menjadi seorang bipolar. "Kalau bukan karena bipolar, aku nggak mungkin se-happy sekarang," katanya.
Marshanda mengambil hikmah atas penyakitnya ini. Katanya apa yang dulu menjadi batasan baginya kini dipandangnya sebagai anugrah, karena membuat dia jadi waspada. Termasuk untuk belajar lebih banyak mengenai bagaimana caranya agar bisa jadi pribadi yang bahagia.
“Kalau enggak bipolar, saya nggak bisa seeksis sekarang, saya yakin seratus persen, saya nggak akan sediberkahi sekarang,” ujarnya.
Caca saat ini sengaja membuat kebiasaan baru. Setiap hari ia menulis catatan apa yang disyukurinya. Termasuk mengatur apa yang akan direncanakannya.
Menurutnya, lingkungan sekitar sangat berpengaruh. Proses penolakan juga dipengaruhi lingkungan sekitar. Tapi ia bersyukur masa penolakannya sudah berakhir. Sementara di luar sana ada orang yang sudah berusia 40 sampai 50 tahun, masih menolak dirinya sebagai penderita bipolar.