Jumat 27 May 2016 22:22 WIB

Pria Ini Harus Kehilangan Suaranya Gara-Gara Rokok

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Teguh Firmansyah
Rokok (ilustrasi)
Foto: Readersdigest
Rokok (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Rasa sedih dan sesal jelas dirasakan M Hiras Pandjaitan saat pita suaranya harus diangkat dari bagian tubuhnya. Pria berusia 67 tahun ini telah didiagnosa memiliki kanker laring stadium empat pada 2010. Saluran pernapasan yang hanya 10 persen memaksa dia untuk dioperasi.

Pada “Peluncuran Iklan Layanan Masyarakat Pengendalian Rokok” Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Hiras sempat menceritakan kepada Republika bagaimana pita suaranya harus hilang dari lehernya.

“Semua ini bermula dari kegiatan merokok saya yang sudah parah,” kata pria yang bertempat tinggal di Depok ini kepada Republika di Hotel JW Marriot, Jakarta, Jumat (27/5).

Tahun 1960-an, rokok telah menjadi tren di masyarakat Indonesia. Tren itu pun dirasakan Hiras yang ketika itu masih duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hampir sebagian besar teman sekolah dan sepermainannya merokok yang kemudian mempengaruhinya. Karena masih kecil, perilaku ini dilakukan secara diam-diam dari orangtuanya.

Hiras sudah bena-benar kecanduan selama bertahun-tahun hingga akhirnya tibalah pada 2009. Pada masa itu, Hiras mengalami batuk parah yang membuatnya harus mengunjungi rumah sakit. Dokter di Rumah Sakit Cipta Mangkusumo (RSCM) mendiagnosanya tumor laring dan mengharuskannya untuk dioperasi segera.

Perintah operasi ini tidak dijalankan Hiras begitu saja. “Saya coba dulu pakai pengobatan herbal,” kata Pria kelahiran Medan ini. Bukan kesembuhan yang diharapkan, tapi penyakitnya malah semakin parah. Saat mengunjungi dokter kembali pada 2010, dokter yang menanganinya pun sempat marah-marah karena tindakannya ini.

Karena kondisi yang semakin parah ini, Hiras pun memutuskan diri untuk dioperasi. Pita Suaranya termasuk jakunnya pun harus diangkat. Tidak hanya lehernya yang akan bolong, tapi kehilangan suara untuk selama-selamanya. “Saya sudah tidak bisa bicara normal lagi,” terangnya.

Ketika berbicara dengan Republika, bunyi suara Hiras bukan keluar dari mulut pada umumnya. Bunyi suaranya justru berasal dari leher yang ditutupi kain putih. Suaranya tidak seperti orang normal tapi bergetar layaknya suara robot.

Baca juga, Merokok Adalah Perangkap Kemiskinan.

Pengalaman dan hal yang dirasakan Hiras ini diharapkan tidak terjadi dengan orang lain. Hiras berharap, masyarakat bisa mengambil pelajaran dari kisahnya ini. “Berhentilan merokok sebelum rokok menikmati Anda!” pesan Hiras para perokok di Indonesia. Maksudnya, perokok jangan sampai terus-terusan mau menjadi ‘Anjungan Tunai Mandiri (ATM)-nya’ para pengusaha rokok. Sebab, secara langsung para perokok sudah memberikan sumbangan uang kepada mereka setiap harinya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement