REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kini penderita positif penyakit tuberkulosis (TB) diminta melakukan pemeriksaan HIV/AIDS. Demikian ujar dokter spesialis paru rumah sakit pusat infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, dr Adria Rusli SpP.
"Sebaliknya kalau dia positif TB, periksa juga HIV/AIDS. Karena orang dengan HIV/AIDS kan mudah terkena penyakit," katanya di seminar bertema 'Menuju Indonesia Bebas Tuberkulosis' di RSPI sulianti Saroso, Jakarta, Selasa (11/4).
Kalau orang yang positif HIV/AIDS, kata dia, maka TB yang dideritanya juga berat. Akibatnya fase pengobatan orang dengan HIV/AIDS yang menderita TB bisa lebih lama dan panjang dibandingkan TB reguler.
Untuk itu, ia meminta masyarakat yang terindikasi gejala TB seperti batuk berdahak, nyeri dada, berkeringat malam hari supaya segera memeriksakan diri setiap enam bulan sekali. Pun demikian, jangan putus mengkonsumsi obat TB yang bisa diperoleh gratis. Jadi ketika obat habis bisa segera ke rumah sakit (RS).
"Dengan penanganan yang baik, orang-orang atau lingkungan sekitar tidak akan tertular TB," katanya
Selain itu, ia meminta agar masyarakat tak mengucilkan orang yang positif TB. Kalau mau memerangi penyakit boleh, tapi bukan orangnya.
Namun ia menyarankan bahwa mencegah penyakit TB itu lebih baik dibandingkan mengobati. Karena tidak ada manusia ingin sakit. Caranya yaitu pola hidup yang baik, hingga gizi yang mencukupi. Selain itu, ventilasi udara juga harus baik karena TB menular lewat udara.