Sabtu 22 Apr 2017 07:10 WIB

Penderita Kanker Payudara tidak Pernah Merasa Nyeri

Penderita kanker payudara biasanya terkecoh dengan penyakit yang dialaminya akibat tidak terasa nyeri sehingga mereka sering terlambat melakukan pemeriksaan.
Foto: Republika/Prayogi
Penderita kanker payudara biasanya terkecoh dengan penyakit yang dialaminya akibat tidak terasa nyeri sehingga mereka sering terlambat melakukan pemeriksaan.

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Dokter bedah onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakata, Ramadhan mengatakan penderita kanker payudara biasanya terkecoh dengan penyakit yang dialaminya akibat tidak terasa nyeri sehingga mereka sering terlambat melakukan kontrol atau pemeriksaan.

"Hanya satu persen penderita kanker payudara yang merasa nyeri, tetapi umumnya benjolan yang muncul atau sudah terluka pun di payudara tidak terasa sakit," kata Ramadhan di Ambon, Jumat (21/4).

Penjelasan tersebut disampaikan dalam acara sosialisasi kenali kanker payudara dan kanker thyroid atau gondok yang diselenggarakan kaukus perempuan parlemen Maluku bekerja sama dengan tim dokter bedah onkologi RS Kanker Dharmais. Kegiatan tersebut diikuti ratusan kaum perempuan dari majelis ta'lim dan wanita gereja se-Kota Ambon dan dibuka Gubernur Maluku, Said Assagaff.

Menurut Ramadhan, tidak perlu melakukan pemeriksaan payudara setiap hari, tetapi ada waktu tertentu, misalnya untuk wanita yang masih subur bisa melakukan pemeriksaan tujuh hari setelah mengalami haid, jadi posisinya ketika hormon masih rendah.

Untuk wanita yang sudah menapause, biasanya melakukan kontrol pada tanggal yang sama setiap bulan. Jadi bisa tetapkan tanggal perkawinan agar lebih mudah diingat jadwal pemeriksaannya.

Anjuran badan kesehatan dunia (WHO) setiap tiga tahun harus diperiksa untuk usia 20 sampai 40 tahun dan di atas usia itu harus rutin melakukan pemeriksaan. Ciri-ciri kanker payudara adalah perabaan keras, permukaan tidak merata, terfiksasi atau tidak mudah digerakan, dan tanpa nyeri. Jadi kalau terasa aneh pada payudara Anda maka disarankan melakukan pengontrolan secepatnya ke dokter jangan sampai terlambat.

"Seringkali wanita melakukan pemeriksaan kalau terasa nyeri di payudaranya, dan mereka akan tetap berdiam diri kalau kondisi payudara tidak terasa nyeri. Kanker itu tidak nyeri dan hanya satu persen yang terasa, makanya kebanyakan orang salah mengira kalau terasa tidak sakit itu bukan persoalan, padahal kondisi ini akan semakin membuat mereka menderita," kata Ramadhan.

Apalagi kalau pasangan hidupnya sudah tidak ada, maka tentunya dia akan menyembunyikan penyakit ini dan tidak melakukan pengontrolan. Makanya orang sering salah persepsi dan setelah datang ke dokter dalam posisi sudah sekarat.

Payudara yang berwarna merah sudah masuk stadium 3B atau 3C. Begitu juga dengan payudara yang memiliki bentuk cekungan seperti lesung pipit karena ada tarikan ke dalam, dan juga berbentuk kulit jeruk.

"Jadi kalau datang ke dokter dengan kondisi seperti ini sia-sia karena stadiumnya sudah tinggi dan tidak bisa dilakukan pencegahan sejak dini, ada luka di puting dan susah sembuh selama enam bulan, mengeluarkan cairan merah atau kecoklatan, puting tertarik ke dalam," ujarnya.

Makanya ibarat nila setitik rusak susu sebelanga, artinya luka kecil di payudara tapi dampaknya sangat buruk terhadap penderita yang berakibat kematian. Padahal masih bisa diselamatkan payudaranya kalau dilakukan kontrol sejak dini.

Jumlah penderita kanker payudara di Indonesia satu berbanding delapan jadi dari penduduk Indonesia saat ini mencapai 255 juta jiwa dan 127 juta orang adalah perempuan, lalu dibagi delapan berarti ada 15.800 perempuan yang rentan atau terkena kanker payudara.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement