Senin 27 Nov 2017 17:36 WIB

Pengolahan Kurang Sehat Mereduksi Manfaat Ikan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ikan goreng/ilustrasi
Foto: indochinekitchen.com
Ikan goreng/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ahli Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM) Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih menekankan pentingnya pengolahan ikan menjadi makanan. Menurutnya pengolahan yang kurang sehat justru dapat mengurangi manfaat ikan tersebut.

"Sumber makanan sudah bagus, tapi kalau cara mengolahnya tidak sehat bisa menghasilkan zat yang kontraproduktif bagi tubuh," kata Dr Mirza dalam keterangan pers diterima Republika.co.id, Senin (27/11).  

Salah contohnya, menurut dia, adalah ikan yang dimasak dengan digoreng atau ditambah santan. Pengolahan ini dapat menambah kolesterol dalam tubuh.

Mirza juga mengingatkan, masyarakat perlu meningkatkan konsumsi ikan dan menjadikannya alternatif pemenuhan kebutuhan protein. Ikan air tawar maupun laut memiliki kandungan protein hewani pendukung pertumbuhan segala usia.  "Ikan memiliki lemak yang di dalamnya mengandung Omega-3 yang sangat bermanfaat untuk kecerdasan otak," ujar Dosen Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kesehatan tersebut.

Ia menyebutkan, kandungan Omega-3 ikan cukup tinggi, terutama ikan air laut seperti salmon dan kakap merah. Sedang, ikan air tawar yang memiliki kandungan tergolong tinggi terdapat dalam ikan lele dan ikan gabus.

Untuk itu, ia menuturkan jika konsumsi ikan sangat diajurkan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh. Mirza menganjurkan, minimal satu porsi ikan sehari dikombinasikan dengan makanan sumber protein lain.

Pakar Perikanan UGM Suadi menyebutkan, potensi perikanan tangkap yang dimiliki Indonesia cukup tinggi yaitu 12,5 ton. Namun, sisi produksi dari Data Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat produksi 2016 hanya 6,4 juta ton. "Tahun 2012 hasil produksi ikan tangkap sebesar 5,4 juta ton dan naik sedikit di tahun 2016 menjadi 6,4 juta ton, dalam lima tahun hanya naik satu juta saja," kata dosen Departemen Perikanan Fakultas Pertanian tersebut.

Suadi menuturkan, kondisi ini berbanding terbalik dengan sektor ikan budidaya yang mengalami peningkatan cukup signifikan. Pada 2012, produksi ikan budidaya sebesar 9,68 juta ton dan naik jadi 16,67 juta ton pada 2016.

Ia menambahkan, rendahnya hasil perikanan tangkap salah satunya dikarenakan terbatasnya armada. Pasalnya, sebagian besar kapal yang beroperasi dalam usaha ikan tangkap masih berupa kapal-kapal kecil dengan kapasitas terbatas. "Potensinya besar, tapi belum bisa mengambil banyak karena keterbatasan armada, ke depan pemerintah perlu mendorong usaha untuk membesarkan armada agar hasil tangkapan bisa lebih optimal," ujar Suadi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement