Rabu 26 Sep 2018 07:11 WIB

Diet Keto tidak Sehat untuk Jangka Panjang

Ketika baru awal menjalankan diet keto, biasanya pelaku merasakan flu.

Rep: Nora Azizah/ Red: Indira Rezkisari
Kombinasi telur dan alpukat merupakan salah satu makanan favorit pelaku diet keto.
Foto: Flickr
Kombinasi telur dan alpukat merupakan salah satu makanan favorit pelaku diet keto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejauh ini, penerapan diet keto memang menjadi yang terpopuler. Namun sebagian orang sudah tahu bahwa diet keto tidak baik untuk jangka panjang. Dilansir melalui Shape.com, diet keto memiliki pola makan mengisi sebagian besar piring dengan lemak tinggi, yakni fokus pada jenis lemak baik.

Pada piramida makanan keto, bacon atau mentega bisa diletakkan di bagian bawah. Dengan kata lain keduanya bisa dimakan dalam jumlah besar. Meski demikian ada sisi lain terhadap risiko kesehatan yang secara signifikan terlibat. Beberapa gangguan kesehatan, misalnya perut sakit, diare, penurunan masa otot, dan peningkatan risiko penyakit jantung serta diabetes.

Baca Juga

Pada awal menjalankan diet keto para pelakunya biasanya merasakan flu. Kondisi tersebut terjadi selama beberapa minggu pertama diet saat tubuh mulai beradaptasi. Sebuah penelitian baru yang diterbitkan di dalam The Lancet menunjukkan bahwa mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah sedikit bisa berdampak negatif untuk jangka panjang.

Para peneliti menemukan, orang yang mengonsumsi karbohidrat rendah mempunyai tingkat kematian lebih tinggi daripada mereka yang makan karbo dalam jumlah sedang. Hal tersebut berdasarkan laporan dari 15 ribu orang dewasa di Amerika Serikat (AS) dengan melacak jenis makanan mereka. Penemuan tersebut juga berdasarkan data dari tujuh studi sebelumnya.

Namun para peneliti belum menemukan hubungan antara jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dengan mortalitas. Dengan demikian bisa disimpulkan, orang-orang yang makan karbohidrat tinggi atau sangat rendah memiliki risiko kematian dini cukup tinggi. Mengonsumsi sekitar 50 hingga 55 persen untuk total kalori yang berasal dari karbohidrat memiliki mortalitas rendah.

Hasil studi juga menyarankan, hasil diet yang mengonsumsi jenis protein nabati bisa mengalahkan diet protein hewani seperti keto. Mereka yang memotong jumlah asupan karbohidrat dan makan lebih banyak protein hewani memiliki tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan yang mengonsumsi protein nabati. Jadi, tidak masalah bila memasukkan selai kacang dan roti gandum ke dalam makanan.

Karbohidrat tidaklah jahat. Karbohidrat membantu tubuh berfungsi dengan baik, serta menjaga jumlah energi. Secara umum para ahli gizi cenderung menyukai makanan berat dari protein nabati dan tidak membatasinya. Namun bila tetap memilih diet keto, maka sebaiknya memilih lebih banyak protein nabati. Penelitian juga menunjukkan, konsumsi karbohidrat jumlah sedang jauh lebih disarankan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement