Selasa 08 Jan 2019 13:34 WIB

Tren Kanker Rahim Meningkat, Obesitas Penyebabnya?

CDC indikasikan peningkatan kasus obesitas akan diikuti peningkatan kanker.

Pita kepedulian kanker.
Foto: Pixabay
Pita kepedulian kanker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan di dunia kedokteran membuat insidensi beragam jenis kanker cenderung menurun, setidaknya di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Akan tetapi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan bahwa kasus kanker rahim justru mengalami peningkatan.

"Kanker rahim merupakan salah satu dari sedikit kanker dengan peningkatan insidensi dan kematian di Amerika Serikat," ungkap laporan CDC seperti dilansir Fox News.

Baca Juga

CDC mengungkapkan bahwa kanker rahim merupakan jenis kanker paling banyak keempat yang terjadi pada kelompok perempuan di Amerika Serikat. Selain itu, kanker rahim juga menjadi salah satu penybab kematian tertinggi akibat kanker pada perempuan Amerika Serikat.

Menurut CDC, kanker rahim menyebabkan lebih dari 10.700 kematian pada 2016 di Amerika Serikat. Sedangkan di tahun sebelumnya, CDC mencatat ada lebih dari 50 ribu kasus baru.

Angka kematian pada kasus kanker rahim juga tampak berkaitan dengan ras minoritas di Amerika Serikat. Secara umum, angka kematian kanker rahim pada kelompok perempuan hispanik, non hispanik berkulit putih dan beberapa kelompok lain adalah 4-5 kematian per 100 ribu. Sedangkan pada kelompok perempuan berkulit hitam, angka kematian ini melonjak hampir dua kali lipat menjadi 9 kematian per 100 ribu. Tim peneliti menilai rasio kematian yang lebih tinggi pada perempuan berkulit hitam dikarenakan penyakit kanker rahim pada kelompok ini cenderung terlambat terdiagnosis.

Peningkatan insidensi kanker rahim juga cenderung lebih tinggi pada beberapa kelompok rasial minoritas. Meski begitu, kejadian kanker rahim secara umum mengalami peningkatan pada semua kelompok rasial.

Dalam periode 1999-2015, kejadian kanker rahim tercatat mengalami peningkatan hingga 12 persen. Sedangkan peningkatan angka kematian kanker rahim mencapai 21 persen. Ahli meyakini bahwa peningkatan ini berkaitan dengan peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas sejak 1980-an.

Hingga saat ini, peneliti belum menemukan penjelasan mengenai keterkaitan antara kegemukan dan obesitas dengan kanker rahim. Akan tetapi, beragam penelitian terus menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara obesitas dan kanker.

Seperti diketahui, obesitas telah menjadi masalah di Amerika Serikat dengan prevalensi obesitas hampir mencapai 70 persen pada orang dewasa berusia 20 tahun ke atas. Selain itu, perempuan kegemukan juga diketahui 2-4 kali lebih berisiko terhadap kanker endometrium. Menurut CDC, kanker endometrium merupakan jenis kanker rahim yang paling banyak terjadi.

Dengan kata lain, CDC mengindikasikan bahwa peningkatan kasus obesitas akan diikuti oleh peningkatan kejadian kanker rahim. Berdasarkan hal ini, CDC merekomendasikan para dokter dan tenaga kesehatan profesional untuk mendorong gaya hidup sehat dan olahraga pada perempuan. Di sisi lain perempuan juga perlu mengetahui beberapa gejala awal dari kanker rahim.

Gejala paling umum dari kanker rahim adalah pendarahan vagina yang tak normal. Gejala ini dialami sekitar 90 persen pasien kanker rahim. Pendarahan tak normal ini bisa terjadi di luar waktu menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual atau setelah memasuki masa menopause. Perempuan perlu memeriksakan diri ke dokter bila mendapati gejala ini.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement