Ahad 27 Jan 2019 06:28 WIB

Banyak Makan Tapi Tidak Gemuk? Ternyata Ini Penyebabnya

Ada DNA tertentu di dalam tubuh yang mengatur kecenderungan penambahan berat badan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Friska Yolanda
Menimbang berat badan  (ilustrasi)
Foto: Independent
Menimbang berat badan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mungkin Anda pernah bertemu dengan seseorang yang banyak makan tetapi memiliki perawakan langsing lalu bertanya-tanya 'Bagaimana bisa?'. Kecenderungan seseorang untuk tetap bertubuh ramping meski banyak makan ternyata bisa dijelaskan oleh sains.

Menurut tim peneliti asal Inggris, faktor genetika memainkan peran dalam hal ini. Ada DNA tertentu di dalam tubuh yang mengatur kecenderungan penambahan berat badan pada seseorang.

"Mudah untuk dengan cepat menghakimi atau mengkritik seseorang karena berat badannya, tapi sains menunjukkan bahwa masalah ini jauh lebih kompleks," papar ketua tim peneliti Sadaf Farooqi seperti dilansir WebMD.

Farooqi mengatakan tak sedikit orang gemuk mendapatkan stigma tak bisa mengurus diri sendiri. Padahal, lanjut Farooqi, manusia sebenarnya memiliki kontrol yang jauh lebih sedikit terhadap berat badan dibandingkan perkiraan.

"Kita menuduh orang gemuk kurang memiliki tekad, tapi studi ini menunjukkan bahwa orang-orang yang paling kurus dan paling gemuk memiliki disposisi genetik yang mengontrol berat badan mereka," tambah Farooqi.

Penelitian ini melibatkan lebih dari 1.600 orang kurus dan sehat, hampir 2.000 orang obesitas berat serta lebih dari 10 ribu orang dengan berat badan normal di Inggris. Tim peneliti dari University of Cambridge melakuakn analisis DNA pada tiap partisipan.

Dari analisis ini, tim peneliti menemukan adanya beberapa kesamaan varian gen yang berkaitan telah lama diketahui berkaitan dengan obesitas. Tim peneliti juga menemukan wilayah genetik baru yang berkaitan dengan obesitas berat dan beberapa yang berkaitan dengan kecenderungan tubuh kurus.

Dari temuan ini, tim peneliti melakukan penilaian risiko genetik pada tiap partisipan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa partisipan obesitas memiliki skor risiko genetik yang lebih tinggi dibandingkan partisipan berberat badan normal. Di sisi lain, partisipan bertubuh kurus memiliki lebih sedikit varian genetik yang berkaitan dengan kecenderungan kegemukan.

"Orang kurus yang sehat umumnya kurus karena mereka memiliki beban yang lebih rendah terkait gen yang meningkatkan risiko kegemukan, bukan karena mereka unggul secara moral," papar Farooqi.

Farooqi mengatakan 'gen kurus' ini diturunkan dari generasi ke generasi. Sekitar 74 persen dari para partisipan bertubuh kurus memiliki riwayat keluarga bertubuh kurus dan sehat.

Namun perlu diingat, faktor genetik bukan satu-satunya penentu seseorang menjadi gemuk atau kurus. Ahli gizi Michelle Milgrim mengatakan beberapa penelitian lain telah menunjukkan bahwa gaya hidup juga memainkan peran yang sama pentingnya dengan faktor genetik terkait berat badan.

"Bergerak aktif, kurangi duduk, pangkas makanan cepat saji dan makanan olahan, fokus pada diet seimbang merupakan rekomendasi sehat yang umum untuk semua, terlepas dari gen Anda," tambah Milgrim. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement