Jumat 17 May 2019 11:02 WIB

Studi Temukan Brokoli Pengobatan Aman untuk Skizofrenia

Kandungan alami brokoli bisa jadi alternatif obat skizofrenia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Sayur brokoli.
Foto: Flickr
Sayur brokoli.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Brokoli selama bertahun-tahun dipuji sebagai pelawan kanker dan sumber vitamin C, kalsium, dan vitamin B yang besar. Penelitian baru kini menunjukkan sayuran brokoli bisa jadi pilihan lebih aman untuk mengelola skizofrenia.

Peneliti Johns Hopkins Medicine mengatakan, senyawa yang berasal dari  brokoli dapat membantu menyesuaikan ketidakseimbangan kimiawi di otak yang telah dikaitkan dengan skizofrenia. Kandungan sulforaphane kimiawi yang tinggi dari sayuran ini berpotensi dapat digunakan sebagai alternatif obat antipsikotik yang efek sampingnya yang sering kali menyakitkan atau berbahaya.

Baca Juga

"Ada kemungkinan penelitian di masa depan dapat menunjukkan sulforaphane menjadi suplemen yang aman untuk orang berisiko mengembangkan skizofrenia sebagai cara untuk mencegah, menunda atau menumpulkan timbulnya gejala," kata direktur Johns Hopkins Schizophrenia Center Akira Sawa, dikutip dari NY Post.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Januari di jurnal JAMA Psychiatry, peneliti mengukur wilayah otak dari 81 orang yang baru-baru ini menderita episode psikosis pertama. Rata-rata pasien memiliki empat persen lebih sedikit bahan kimia glutamat di daerah-daerah tertentu di otak, dibandingkan dengan orang sehat.

Sebuah studi terpisah yang diterbitkan pada bulan April di Molecular Neuropsychiatry, peneliti menemukan mengambil dua kapsul sulforaphane yang diekstraksi setiap hari selama seminggu meningkatkan rata-rata tingkat glutathione dari sukarelawan manusia sekitar 30 persen. Secara signifikan, para relawan melaporkan hanya efek samping ringan, seperti buang gas dan beberapa gangguan perut.

Efek samping itu sangat berbeda dengan risiko pengobatan yang skizofrenia saat ini. Biasanya pasien akan mengalami gerakan tidak sadar atau getar dan peningkatan risiko kardiovaskular yang terkait dengan pengobatan.

Para ilmuwan mengatakan, meski diperlukan lebih banyak penelitian, mereka terdorong oleh temuan tersebut. "Untuk orang-orang yang cenderung terkena penyakit jantung, kita tahu perubahan dalam diet dan olahraga dapat membantu mencegah penyakit itu, namun, belum ada hal seperti itu untuk gangguan mental yang parah," kata direktur Skizofrenia dan Psikosis Johns Hopkins Thomas Sedlak.

Sedlak berharap suatu hari ilmuwan akan membuat pengobatan yang tepat untuk beberapa penyakit mental. Bahkan mereka menginginkan itu dapat dicegah sampai batas tertentu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement