REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Polusi udara yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dilaporkan semakin memburuk pada 2017 dan 2018. Dalam sebuah data terbaru, hal ini menimbulkan dampak yang signifikan bagi kesehatan masyarakat.
Seperti pada 2018, pengikisan kualitas udara dikaitkan dengan hampir 10 ribu kematian lebih besar di AS. Dalam laporan para peneliti dari Carnegie Mellon University, angka ini sangat besar jika dibandingkan dengan 2016, tahun di mana polusi mencapai level terendah dalam dua dekade di negara adidaya itu.
Studi yang dilakukan peneliti berfokus pada polusi udara partikel halus, atau dikenal sebagai PM2.5 yang menjadi perhatian khusus regulator dan pakar keseharan masyarakat karena ukuran mikroskopisnya berarti dapat dihirup dan diserap ke dalam aliran darah. Efek buruknya baru mulai dipahami sepenuhnya, bahkan sebelumnya Badan Perlindungan Lingkungan AS tidak memiliki standar regulasi hingga 1997.
Partikel halus dapat merusak sistem pernapasan seseorang, menumpuk di otak dan pada akhirnya membuat seseorang harus mendapat penanganan darurat. Orang-orang paruh baya dan lanjut usia menjadi yang paling rentan dengan paparan polusi ini. Bahkan, mereka yang menghirup PM2.5 dikatakan berpotensi besar mengalami demensia dan penuunan kognitif.
Data menunjukkan bahwa banyak efek polutan terjadi pada tingkat jauh di bawah ambang batas peraturan saat ini. Secara keseluruhan, konsentrasi polutan telah meningkat sekitar 5,5 persen sejak 2016.
Para peneliti mengidentifikasi beberapa alasan mengapa peningkatan polusi terjadi. Diantaranya adalah meningkatnya penggunaan gas alam dan semakin banyak orang-orang yang membawa kendaraan. Kenaikan emisi yang sesuai dari sumber-sumber tersebut lebih dari mengimbangi tingkat penurunan yang direalisasikan oleh penurunan batubara yang dibakar oleh pembangkit listrik di AS.
Jumlah kebakaran hutan yang semakin meningkat juga menjadi faktor polusi kian memburuk di AS. Kebakaran ini membuat lepasnya sejumlah besar asap dan partikel halus ke atmosfer.
Kebakaran besar di AS, seperti di Kalifornia pada 2018, berdampak dalam mendorong total polusi udara nasional. Para peneliti juga mencatat, meski insiden ini tidak dimasukkan ke dalam analisis, itu hanya akan mengurangi jumlah peningkatan polusi pada 2017 dan 2018, namun tidak menghilangkannya.
Faktor lainnya dari meningkatnya polusi di AS adalah mundurnya penegakan aturan dari Badan Perlindungan Lingkungan. Tindakan penegakan hukum dalam undang-undang Udara Bersih (Clean Air Act) merosot dalam dua tahun pertama pemerintahan yang dipimpin Presiden Donald Trump, Meski demikian, para peneliti mencatat bahwa kondisi menuju penegakan hukum mulai longgar jauh sebelum 2017.