Ahad 16 Feb 2020 13:50 WIB

Kebiasaan Bermain Gawai dan Laptop Picu Sakit Punggung

Posisi duduk yang tidak tepat saat bermain gawai bertahun-tahun memicu sakit punggung

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Sakit punggung/ilustrasi
Foto: glasshospital
Sakit punggung/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Milenial harus mewaspadai dengan sakit atau nyeri punggung, pinggang, leher dan bahu. Menurut Direktur Klinik Halmahera Medika Hang Dimas Susanto, milenial rawan terkena ketiga penyakit tersebut karena kebiasaannya bekerja di depan komputer maupun gawai.

Dimas mengatakan, sakit yang dianggap sepele tersebut tak bisa diabaikan. Jika dibiarkan akan menyebabkan kasus nyeri semakin parah sehingga harus dioperasi. Bahkan, nyeri tersebut bisa menyebabkan disabilitas tubuh.

Baca Juga

"Dalam setahun setidaknya 20 persen dari ratusan pasien yang mengeluhkan sakit punggung dan pinggang harus menjalankan proses operasi," ujar Dimas pada peresmian Gedung DBC (Documentation Based Care) di Jalan Halmahera, Kota Bandung, akhir pekan ini.

Menurut Dimas, pasien yang tak perlu dioperasi perlu melakukan terapi rutin untuk menyembuhkan sakit punggung dan pinggang. Dia mengatakan, banyak orang yang tanpa sadar melakukan kebiasaan bermain laptop dan gawai dengan posisi tidak benar selama tiga sampai lima tahun mulai merasakan dampaknya nyeri pada punggung hingga pinggang.

"Kan kalau di kafe misalnya main laptop, posisi kursi kadang lebih tinggi ketimbang meja sehingga kita itu bakal membungkuk, kemudian main gadget itu otomatis menunduk," kata Dimas

Dimas pun menyarankan agar saat menggunakan gawai, penggunanya melakukan posisi duduk yang benar dengan tegak lurus tidak membungkuk.

"Memang akan  cangkeul (pegal) tapi itu adalah isyarat bahwa kita harus berdiri atau jalan-jalan sebentar jangan terlalu lama duduk," katanya.

Dimas pun meminta agar tidak mengabaikan nyeri tersebut dan membiasakan diri untuk tidak berlama-lama duduk membungkuk maupun menunduk. Jika rasa sakit mendera maka harus ditangani pada ahlinya dan alat yang sesuai peruntukkannya.

Menurut Dimas, pihaknya menawarkan fasilitas DBC yang di dalamnya terdapat 12 alat rehabilitasi medis dari Finlandia. Selain itu, alat ini di desain khusus untuk menormalkan otot-otot agar tetap terukur, terarah, hasilnya efektif dan efisien.

"Di DBC itu untuk terapi tulang punggung, leher, bahu dan lutut. Leher itu bisa sampe pundak, bahu biasanya pergelangan tangan, cedera lutut. Tujuan rehab medis ini agar tidak ada operasi," paparnya.

Klinik DBC berada di Klinik Utama Halmahera Medika yang merupakan klinik pertama di Jabar setelah sebelumnya diterapkan di Jakarta dan Solo, Jawa Tengah. DBC diadopsi dari 20 negara dengan 1.000 klinik yang tersebar di seluruh dunia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement