Senin 18 Apr 2016 07:29 WIB

Pesona Geopark Ciletuh Sukabumi

Geopark Ciletuh
Foto: bumn.go.id
Geopark Ciletuh

REPUBLIKA.CO.ID, Jika ingin menikmati suasana alam seperti film Jurassic Park, datanglah ke Ciletuh Geopark atau Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Suasana zaman baheula akan terasa melalui amphitheater alam dengan bentuk tapal kuda.

Di bagian atas, terpampang tebing alam dengan sejumlah air terjun. Sedangkan di bagian bawah pantai selatan Jaw Barat bebatuan di kawasan itu berusia sekitar 65 juta tahun.

Pengertian geopark sendiri yakni taman bumi dengan konsep manajemen kawasan wisata secara berkelanjutan dengan memadukan tiga keragaman alam. Yakni geologi dan geomorfologi (geodiversity), keragaman geologi nilai ilmiah (geoheritage), serta konservasi geodiversity (geoconservation).

Geopark Ciletuh sudah masuk ke dalam geopark nasional pada November 2015. Hingga posisinya setara dengan geopark nasional lainnya seperti Pegunungan Sewu sepanjang Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Merangin di Jambi, Gunung Rinjani di Lombok Nusa Tenggara Barat, Danau Toba di Sumatra Utara dan Gunung Batur di Bali.

Ditargetkan pada Desember 2017 Geopark Ciletuh masuk dalam geopark dunia atau Global Geopark Network (GGN).

Pesona Geopark Ciletuh itu terasa saat mengikuti perjalanan bersama '21 Kartini Goes to Ciletuh Geopark' yang merupakan kerja sama antara Pusat Penelitian dan Kebencanaan Universitas Padjadjaran dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Dari Kota Bandung menuju kawasan geopark, butuh waktu sekitar enam jam berkendara. Perjalanan dilakukan dengan berbagai bentuk mulai dari aspal mulus, jalan berbatu dengan sesekali lumpur di kiri kanan ilalang sampai masuk ke hutan. Terbayar sudah ketika melihat bentangan alam nan ciamik dari Tebing Panenjoan.

Tebing Panenjoan -- bahasa Sunda, yang berarti pemantauan -- bisa dikatakan sebagai pintu gerbang untuk mengikuti frame demi frame pemandangan geopark. Lokasinya yang berada di ketinggian 342 meter di atas permukaan laut (MdPL), memudahkan pandangan mata melihat bentangan alam yang berbentuk tapal kuda.

Dari atas bukit itu, terpampang hamparan sawah dan rumah penduduk yang diapit punggung bukit. Pandangan mata berakhir pada pantai yang memanjang dengan air kebiruan dari laut Samudera Hindia. Untuk merasakan amphitheater alam, Anda bisa turun ke hamparan sawah itu.

 

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement