REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebanyakan profesional muda berpenghasilan tinggi di Indonesia belum memiliki kesadaran investasi yang cukup untuk mengatur keuangannya secara terencana. Hal itu diungkapkan konsultan finansial Mike Rini Sutikno.
"Mereka kurang memiliki kesadaran investasi untuk tujuan jangka panjang dan keinginan untuk menyisihkan sejumlah pendapatan," kata perencana finansial bersertifikat (CFP) dari perusahaan jasa konsultasi keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE), Mike dalam sebuah acara peluncuran layanan perbankan di Jakarta, Rabu (7/9).
Dia mengatakan hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh lembaga-lembaga keuangan, terutama dalam memberikan literasi keuangan dan kedisiplinan dalam perencanaan finansial.
Kalangan profesional muda membutuhkan nasehat keuangan dari profesional di bidang investasi karena informasi yang disajikan di dunia maya sering kurang komprehensif.
"Mereka masih cenderung mencari informasi di sosial media yang kebanyakan menyajikan informasi secara umum, sehingga memang masih perlu konsultasi dengan penasehat keuangan," ucap dia.
Mike menganjurkan kalangan profesional muda agar merencanakan pemilihan portofolio investasi secara tepat, mengingat pada umumnya kekayaan mudah diakumulasi tetapi mudah juga lenyap.
"Kelompok kelas menengah muda cenderung agresif, ingin untung tinggi tapi risikonya sering tidak diperhitungkan. Padahal ada siklus hidup yang membuat pendekatan menyusun rencana keuangan berbeda-beda setiap waktu," kata dia.
Tiap siklus hidup, seperti lajang atau menikah, perlu perencanaan finansial personal yang berbeda-beda. Produk finansial harus sesuai dengan prioritas tujuan perencanaan keuangan tersebut.
"Aset harus bertumbuh, tapi harus sesuai prioritas tujuan keuangan. Biaya investasi terkadang sering tidak dipikirkan dan justru 'menggerogoti'," ujar Mike.