Ahad 25 Jun 2017 03:30 WIB

Menanti Lebaran Terakhir di Bukit Duri

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ratna Puspita
Suasana Bantaran Sungai Ciliwung di Bukit Duri RT 3 dan 4 usai sejumlah warganya pindah ke Rumah Susun Rawa Bebek, Rabu (21/6).
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Suasana Bantaran Sungai Ciliwung di Bukit Duri RT 3 dan 4 usai sejumlah warganya pindah ke Rumah Susun Rawa Bebek, Rabu (21/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suasana bantaran Sungai Ciliwung di sepanjang RT 1, 2, 3 dan 4 Bukit Duro Tebet Jakarta Selatan terasa tenang. Hanya terdengar riak aliran Sungai Ciliwung. Bau sampah pun tak terlalu menusuk hidung orang yang melintas. 

Sebagian besar rumah di empat RT itu kosong ditinggalkan penghuninya. Para penghuni telah bertolak ke Rumah Susun Rawa Bebek karena tempat tinggal mereka di Bukit Duri akan ditertibkan. Penertiban itu untuk proyek normalisasi Kali Ciliwung, yang digagas pemerintah.

Namun, sebagian penduduk di RT 3 dan 4 tampak masih bertahan. Dari sela-sela lorong petak rumah yang kebanyakan semi permanen itu, masih terdengar suara orang berbincang. 

Terlihat beberapa anak berlarian dari lorong ke lorong yang menghubungkan rumah mereka. Beberapa keluarga pun tampak berbincang santai di pintu-pintu rumah petak mereka. 

"Sudah pada pindah sebagian, dari sebelum Ramadhan sampai kemarin bulan puasa juga udah pada pindah, RT 1, 2 udah lama, kalo RT 3 dan banyakan RT 4 kemarin pas puasa" ujar Ning, salah satu warga RT 3 Bukit Duri yang masih bertahan kepada Republika, Rabu (21/6).

Namun, menurut Ning, sebagian warga hanya memindahkan barang mereka ke Rusun Rawa Bebek. Para penghuni tetap tinggal di Bukit Duri hingga lebaran. 

Salah satunya warga yang melakukannya adalah Ramdan. "Kami Insya Allah pindah setelah lebaran Idul Fitri nanti, kemarin sudah disetujui begitu, saya juga udah pindahin barang sebagian," ujar Ramdan saat berbincang dengan Republika.

Ramdan mengatakan, ia bersama istri, tiga orang anaknya serta cucunya akan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1438 H di Bukit Duri untuk terakhir kalinya sebelum pindah ke Rawa Bebek. Sebab, Bukit Duri berperan besar dalam kehidupannya bersama istrinya.

Ramdan datang dari Nusa Tenggara Barat. Sekitar 20 tahun lalu, dia bersama istrinya mendirikan rumah di bantaran Sungai Ciliwung. Dia menetap di wilayah itu hingga memiliki tiga anak dan beberapa cucu. 

Meski hanya petak kecil sekitar 5 x 6 meter, rumahnya pun tampak kokoh dengan tembok batu bata dan semen.  "Tetapi kami sadar, ini tanah negara, dan memang kami salah posisinya di sini, kami pun pasrah dan bersedia dipindah setelah Idul Fitri tahun ini, namanya juga untuk pembangunan," kata Ramdan sambil bermain bersama cucunya.

Karena itu, Ramdan menuturkan, Idul Fitri tahun ini akan menjadi momen khusus. Dia dan tetangganya akan menghabiskan waktu terakhir kali sebagai warga Bukit Duri untuk saling bersilaturrahim.

"Kalau penertibannya sebelum Ramadhan sih kami jelas lawan, tapi ini sudah kok, kami terima setelah Ied," kata Ramdan. 

Muniroh, tetangga Ramdan, bersyukur karena pemerintah masih memberikan tenggang waktu hingga sesudah lebaran. Dia juga berharap, proses pemindahan warga Bukit Duri dapat berjalan lancar. 

"Kami jelas tidak bisa melawan pemerintah, tidak mau juga ada kerusuhan, kami satu suara kok, mau (pindah). Tapi, alhamdulillah boleh nunggu setelah lebaran dan urusan anak sekolah sudah beres," kata dia.

Kendati tahun ini jadi lebaran terakhir di Bukit Duri, Muniroh mengatakan, warga tidak menyiapkan acara khusus. Namun, dia yakin Idul Fitri ini akan berkesan karena tahun depan mereka akan merayakan Idul Fitri bersama di tempat yang baru. 

"Nggak ada acara khusus, tapi kami silaturahim sama tetangga-tetangga, lalu siap-siap pindah. Ingatan memori kan kuat gitu, mas. Tahun depan sudah jadi warga Rawa Bebek," kata dia. 

Muniroh mengakui, warga sempat khawatir bakal ada masalah di tempat baru. Masalah itu seperti biaya listrik, kualitas air, dan ketinggian lantai yang mereka tempati. 

"Administrasi sudah kelar. Hanya, takut airnya jelek sama listrik mahal,  bagaimana lagi. Malah yang bikin males saya dapat lantai lima, kan capek yah, hehe," kata dia.

Pelaksana Normalisasi Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Fikri Abdurrahman berterima kasih atas sikap kooperatif warga Bukit Duri. Dia pun bersyukur sikap warga membuat proyek normalisasi bisa segera dilanjutkan. 

"Alhamdulillah, kami rencananya mulai eksekusi setelah Ramadhan, setelah Idul Fitri, kami mulai kerjakan, kami rencanakan eksekusi bulan Juli," kata dia pada Republika

Sejauh ini, menurut Fikri, proses normalisasi berjalan lamcar. BBWSCC berharap kondisi cuaca juga dapat mendukung kelanjutan normalisasi Sungai Ciliwung agar Jakarta tidak banjir lagi. "Semoga nanti bisa berjalan baik kelanjutan pembangunannya," kata dia. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement