Senin 28 Jan 2019 06:27 WIB

Muslimat NU dan Gaung Islam Moderat

Umat Islam merindukan Islam yang cinta damai.

Presiden Joko Widodo mengahdiri Harlah Ke-73 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Ahad (27/1).
Foto: Republika/Prayogi
Presiden Joko Widodo mengahdiri Harlah Ke-73 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Ahad (27/1).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dessy Suciati Saputri, Dea Alvi Soraya

JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong Muslimat NU untuk menggaungkan Islam yang moderat. Hal ini disampaikan Presiden saat menghadiri peringatan maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus Hari Lahir (Harlah) ke-73 Muslimat NU di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Ahad (27/1).

"Dan kita ingin Islam moderat, moderasi Islam, terus digaungkan," kata Jokowi di hadapan anggota Muslimat yang memenuhi stadion nasional berkapasitas 67 ribu penonton tersebut.

Jokowi menekankan, ia ingin Muslim Indonesia menunjukkan dan menumbuhkan sikap saling toleransi, menghormati, dan menghargai antarmasyarakat.

"Tadi sudah disampaikan oleh Ibu Ketua Umum Khofifah Indar Parawansa bahwa Islam yang Aswaja (Ahlussunah waljamaah) yang penuh toleransi, yang penuh dengan moderasi, yang saling menghargai, saling menghormati, itulah semangat yang disampaikan oleh Muslimat NU," kata dia.

Lebih lanjut, dalam acara ini Presiden juga mendoakan agar Muslimat NU di seluruh Tanah Air semakin sejahtera dan maju. "Selamat Harlah ke-73 Muslimat NU. Semoga Muslimat NU tambah jaya. Diberi barokah dan Indonesia makmur sejahtera," ucap Jokowi.

Presiden yang didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi tiba di GBK pukul 07.00 WIB. Ia mengenakan kemeja putih dibalut jas hitam serta sarung dan kopiah. Sedangkan Iriana mengenakan kerudung dan baju putih. Acara ini dihadiri oleh ribuan jamaah NU dari berbagai daerah. Usai menyanyikan lagu kebangsaan, acara dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran.

Dalam acara ini Presiden tampak didampingi oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menko Polhukam Wiranto, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Kepala KSP Moeldoko. Hadir pula Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dan Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa.

Presiden Joko Widodo dalam pidatonya juga mengajak Muslimat NU untuk menjaga persatuan, merawat, dan menjaga persaudaraan antara saudara sebangsa dan se-Tanah Air. ”Saya ajak bapak, ibu semuanya, khususnya Muslimat NU untuk bersama-sama menjaga persatuan kita, merawat dan menjaga persaudaraan kita, kerukunan kita, ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah kita, jangan sampai perbedaan kita menjadi tidak seperti saudara, padahal kita adalah saudara sebangsa setanah air,” kata Presiden.

Presiden menitipkan pesan, terlebih saat tahun politik menjelang, perbedaan pilihan politik rentan menjadi hal yang menimbulkan perpecahan. Ia memprihatinkan kondisi saat ini ketika perbedaan pilihan politik justru menjadikan antarsaudara sebangsa dan setanah air saling mencela dan menghina satu sama lain.

“Jangan seperti itu. Jangan saling mencela. Boleh tidak saling mencela, saling menghina, saling mengejek, menyebarkan hoaks? Kita ini adalah saudara sebangsa setanah air,” katanya.

Presiden pada kesempatan itu menyapa anggota Muslimat NU yang hadir dari seluruh Tanah Air dengan sapaan singkat dari daerahnya masing-masing. “Ada juga yang dari Jawa Barat, sampurasun! Ada juga dari Jawa Tengah, Jawa Timur, sugeng enjing! Ada nggak yang dari Lampung? Tabik pun! Ada nggak yang dari Medan? Horas! Ada yang dari DKI Jakarta, selamat pagi!”, kata Presiden disambut jawaban dari Muslimat yang hadir dari daerahnya masing-masing.

Ia menyambut baik begitu banyak dan antusiasnya perwakilan Muslimat yang hadir, bahkan ada yang dari Papua dan Papua Barat. Kehadiran para Muslimat juga dianggap Presiden melambangkan keberagaman Indonesia sebagai negara yang besar.

Ketua Panitia Pelaksanaan Maulidurrasul dan Harlah ke-73 Muslimat NU Yenni Wahid mengatakan, peringatan kemarin menunjukan kehadiran mayoritas masyarakat bersuara atau noisy majority yang merindukan Islam cinta damai. “Kalau ada yang mengatasnamakan umat namun justru mengajarkan ujaran penuh kebencian dan radikalisme maka hari ini menunjukkan bahwa masyarakat merindukan Islam cinta damai,” ujarnya.

Dalam acara tersebut juga dilakukan deklarasi antihoaks, antifitnah, dan antighibah yang dipimpin oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa. Deklarasi itu berisi empat poin yang dibacakan oleh Khofifah dan diikuti oleh ratusan ribu anggota Muslimat yang hadir di tempat tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement