Senin 23 Apr 2012 19:26 WIB

Amien Rais Sarankan Hatta Cari Cawapres dari Jawa

Rep: Mansyur Faqih/ Red: Djibril Muhammad
Ketua Majelis Pertimbangan PAN, Amien Rais.
Foto: Idhad Zakaria/Antara
Ketua Majelis Pertimbangan PAN, Amien Rais.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais mengatakan, Hatta Radjasa harus mencari calon wakil presiden (Wapres) yang berasal dari pulau Jawa. Alasannya, ini sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang plural.

"Jadi memang itu (pluralisme) simbol negeri kita. Kalau Jawa-Jawa bisa saja dibenarkan secara rasional. Tapi tetap saja pluralisme lebih unggul kalau untuk capres dan cawapres. Sehingga Hatta harus mencari cawapres dari Jawa atau Sunda supaya lebih mantab. Kalau ambil Minang atau Makassar akan pincang," katanya ketika dihubungi Republika, Senin (23/4).

Amien mengaku termasuk orang yang masih yakin bahwa negara kepulauan Indonesia memerlukan kepemimpinan puncak yang menyiratkan adanya pluralisme. Apalagi, ini telah terjadi sejak awal Indonesia merdeka. Yaitu, pemerintahan Bung Karno sampai Susilo Bambang Yudhoyono.

"Karena memang gabungan Jawa dan luar Jawa lebih ideal," cetus mantan ketua MPR tersebut. Pemikiran ini, lanjut dia, tertuang dari keinginan melakukan konvergensi proses perpaduan. Yaitu antara rasionalitas dalam poliitk dengan realitas sehari-hari bangsa.

Amien mengaku sudah memiliki beberapa nama yang dirasanya pantas menemani Hatta. Hanya saja, ia enggan untuk menyebutkannya karena dinilai terlalu dini.

Menurut Amien, nama Hatta akan menjadi calon kuat di 2014. Itu jika pemilu dilakukan secara terbuka. Sehingga memungkinkan masing-masing capres untuk mengadu kemampuan, kejujuran, komitmen, dan pengabdian.

"Saya melihat 2014 nanti, akan memunculkan kurang dari setengah lusin tokoh bangsa yang kira-kira menenuhi kualifikasi sebagai capres. Karenanya, saya optimis," papar mantan Ketua Umum PAN tersebut.

Meskipun, ucapnya, tentu pasti akan ada beberapa calon capres lain. Makanya, ia meminta agar diadakan kompetisi yang jujur sehingga rakyat bisa memilah di antara para tokoh.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement