REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Partai Politik (Parpol) yang mengusung nama Islam diprediksi tidak akan memperlihatkan hasil menakjubkan pada pemilu 2014. Beberapa masalah yang membelit parpol Islam menjadi alasan, rendahnya angka survei yang diraih parpol Islam.
Pengamat Politik yang juga dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Arbi Sanit memprediksi, parpol Islam yang berlaga di Pemilu 2014 tampaknya tidak akan menghasilkan sesuatu yang menakjubkan. Banyaknya kasus dan masalah yang membelit parpol Islam membuat kepercayaan masyarakat menjadi turun.
"Saya kira (parpol Islam) tidak akan lebih baik, bisa saja lebih buruk atau anjlok," paparnya kepada Republika, Rabu (2/4).
Menurut Sanit, di antara masalah yang membelit parpol Islam seperti sosok kepemimpinan parpol Islam yang kian merosot. Tidak ada lagi figur yang muncul dari parpol Islam yang bisa sekaliber Muhammad Natsir. Selain itu, semenjak pemilu 1955, kelompok-kelompok Islam sudah terpecah-pecah satu sama lain.
Masing-masing sudah sibuk dengan dirinya sendiri tanpa ada inisiatif kongkrit untuk bersatu. Arbi menilai, kontribusi parpol Islam kepada bangsa juga tak terlalu besar dibanding dulu. Inilah yang menyebabkan parpol Islam dipandang sebelah mata.
"Sumbangan parpol Islam kepada kehidupan real itu minim. Mereka hanya mengurusi urusan agama-agama saja, pokoknya masuk surga. Sementara duniawinya kurang. Padahal politik ini urusan dunia, kalau disangkut dengan akhirat jadi sulit. Inilah banyak orang yang tidak mengerti," tuturnya.
Lemahnya figur yang muncul dari parpol Islam jelas sekali terluhat setelah kepemimpinan Soeharto. Arbi melihat, tidak ada lagi figur pemimpin besar yang muncul dari Parpol Islam. Sayangnya lagi, figur-figur tersebut hanya milik beberapa golongan saja dari ormas atau kelompok Islam.
"Setelah Soeharto tidak ada lagi pemimpin besar. Yang ada pemimpin sedang seperti SBY, Gusdur, dan lainnya. Mereka ini semakin menyatu dengan pendukungnya dan terpisah dari yang lain. Bahkan, didalam tubuh Islam sendiri juga begitu. Seperti NU (Nahdlatul Ulama) dan Muhammadiyah seakan jalan masing-masing," tuturnya.