REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) Ibnu Dwi Cahyo merasa, munculnya kekhawatiran di masyarakat terkait keamanan data pada proses registrasi kartu SIM merupakan suatu hal yang normal. Namun, ada hal-hal lain yang lebih berbahaya yang justru tak disadari.
"Muncul kekhawatiran di masyarakat pasti normal. Apalagi ini hal baru. Sebelumnya pendaftaran kartu prabayar dengan mengisi data palsu masih bisa lolos, malah ini yang berbahaya," kata Ibnu, Kamis (1/3).
Menurut Ibnu, hal itu berbahaya apabila ada orang yang berniat jahat mendaftarkan nomornya dengan nama dan alamat orang lain. Karena itu, ia menilai penyertaan kartu keluarga (KK) pada pendaftaran kartu SIM merupakan langkah preventif.
"Bila hanya nomor KTP, rasanya nomor KTP kita tersebar dimana-mana, mulai dari bank sampai mal. Kita jarang memakai nomor KK dalam kegiatan sehari-hari," jelasnya.
Dengan begitu, penyertaan KK membuat pendaftaran itu lebih aman karena tidak banyak orang tidak tahu. Sehingga, kemungkinan penyalahgunaannya lebih kecil. Jika nantinya terjadi penyalahgunaan, itu pub dapat segera diketahui melalui aparat kelurahan atau oknum lain di lembaga berwenang seperti Dinas Dukcapil.
"Risiko penyalahgunaan selalu ada. Namun, sekarang lebih terlokalisir," lanjutnya.
Ibnu menuturkan, penyalahgunaan identitas sebetulnya lebih sering terjadi di perbankan dan lembaga lain yang meminta identitas pelanggan. Di mal misalnya, ketika membuat kartu member diskon, pasti pelanggannya dimintai KTP dan nomor telepon seluler.
Karena itu, Ibnu mengungkapkan, artinya kekhawatiran tersebut hanyalah masalah waktu dan sosialisasi saja. Negara sedang berusaha untuk membatasi agar kartu SIM prabayar tidak bebas digunakan untuk kejahatan, seperti hoaks dan mama minta pulsa.
"Bahkan Indonesia ini jadi negara favorit warga negara asing melakukan penipuan siber. Kenapa? Karena bisa bebas membeli kartu prabayar. Ini penting juga untuk diketahui masyarakat," tuturnya.
Ia menambahkan, di luar negeri, pencantuman idenitas ketika membeli nomor telepon sudah menjadi hal yang lumrah. Ada negara yang ketika membeli nomor dimintai paspor. Bahkan, ada beberapa negara yang nomornya melekat pada kartu identitas penduduk.
"Seperti Spanyol nomor melekat pada identitas penduduk. Juga di negara lain digunakan sebagai verifikasi untuk pemilihan umum," jelasnya.