REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mendukung sepenuhnya industri kreatif Indonesia, salah satunya fesyen. Bahkan pemerintah telah menargetkan Indonesia menjadi salah satu pusat mode dunia pada 2025 dan pusat mode muslim pada 2020.
Salah satu program pemerintah, dalam hal ini Kemenparekraf, adalah bersama-sama dengan semua stakeholders dan asosiasi bidang fesyen mendukung gelaran Indonesia Fashion Week (IFW).
Data menyebutkan sampai dengan IFW ke-3 bulan Februari lalu, sudah terjadi peningkatan peserta menjadi 527 exhibitor, peningkatan pengunjung menjadi 80.000 baik dari dalam dan luar negeri (termasuk calon pembeli), adanya "trend forecasting" untuk menjadi acuan para perancang, dan kolaborasi antara brand lokal dan desainer lokal.
"Hasil transaksi telah mencapai Rp 35 miliar dan belum menghitung transaksi lanjutan. Untuk 2015, IFW akan lebih diarahkan menjadi ajang business-to-business," ujar Mari Elka usai menyaksikan peragaan busana rancangan Rafi Ridwan, Ahad (15/5), di Jakarta.
Program lainnya, Kemenparekraf bersama Jakarta Fashion Week, Center for Fashion Enteprise (CFE) dari London dan British Council telah menyelenggarakan Indonesia Fashion Forward sejak 2012.
"Dan yang berikutnya akan mulai pekan depan," kata Mari.
Dalam program tersebut, para desainer diarahkan agar siap menguasai pasar lokal dan menembus pasar global. Mereka dibimbing untuk mempertajam kemampuan kreativitas dalam berkarya dan dibimbing oleh pakar CFE untuk memahami aspek-aspek bisnis fesyen, termasuk aspek finansial, hukum, costing and pricing, dan strategi penjualan.
Beberapa desainer yang telah berhasil melalui program ini untuk ke panggung kelas dunia seperti Paris Fashion Week, adalah Major Minor, Tex Saverio, Toton, Vinora dan Yosafat Dwi Kurniawan.
"Desainer seperi Rafi, kami akan beri capacity building, bagaimana agar ide kreatif di kepalanya bisa dikembangkan, sehingga koleksi-koleksinya juga bisa berkembang. Program kerjasama dengan Inggris seperti ini Raffi bisa diikutkan," ujar Mari.
Dengan begitu Mari yakin kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat akan semakin signifikan.
"Potensi ekonomi kreatif di Indonesia sangat besar, sehingga harus mendapat perhatian yang lebih besar lagi," kata dia.
Pada 2013 lalu, kontribusi ekonomi kreatif sudah mencapai tujuh persen terhadap PDB dengan nilai Rp 641,8 triliun dan penyerapan tenaga kerja 11,9 juta.
Kontribusi terbesar berasal dari kuliner, fesyen dan kriya, masing-masing Rp 208,6 triliun (32,5 persen dari ekonomi kreatif), Rp 181,6 triliun (28,3 persen dari ekonomi kreatif) dan Rp 92,7 triliun (14,4 persen dari ekonomi kreatif).