Kamis 21 Feb 2013 15:09 WIB

Anak Kleptomania, Bagaimana Ciri-Cirinya?

Rep: Nina Chairani/ Red: Endah Hapsari
Anak kleptomania/ilustrasi
Foto: life123.com
Anak kleptomania/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Kleptomania merupakan tindakan mengambil satu barang didasarkan dorongan yang tidak terkendali.

 

`'Kalau pencurian biasa mempertimbangkan nilai barang atau pertimbangan uang, kleptomania hanya impuls yang tidak bisa dia tahan sehingga sesudahnya dia kadang buang,'' kata psikolog Jacinta F Rini, Msi. Tak heran kalau seorang kleptomania sering mencuri barang yang tidak dia butuhkan. Menurut Rini, dia bisa tidak merasa bersalah, karena dia sendiri tidak menginginkan itu.

Tapi, setelah mengambil, dia mengalami perasaan `lega'. `'Beberapa saat kemudian ketika sadar, dia bisa saja merasa bersalah,'' katanya. Menurut penelitian, kleptomania lebih banyak diderita wanita daripada pria. Rata-rata muncul di usia 30-an. `'Pada anak-anak kasusnya tidak sebanyak wanita dewasa,'' jelas psikolog dari Tim e-psikologi ini.

Mengapa kleptomania bisa muncul? `'Ini sebenarnya merupakan simptom, gangguan emosi,'' kata Rini. Ia mencontohkan ketika kita flu maka simptomnya berupa bersin. Kleptomania pun demikian. Ada dua hal yang mendasari gangguan ini. Pertama, adanya anomali pada neurotransmitter di otak. Kedua, adanya gangguan emosi karena tekanan yang tidak bisa diatasi oleh penderita. Tekanan ini tidak bisa dia olah sehingga menimbulkan tekanan jiwa.

`'Peristiwa itu tidak harus sesuatu yang traumatik,'' jelas Rini. Tapi, bisa merupakan sesuatu yang berjalan dalam sekian waktu lama dalam hidup si penderitanya. Menurut Rini, orang yang tidak mempunyai kekuatan mental saat tekanan muncul akan mudah stres. Pada penderita kleptomania, dia akan mengeluarkan perilaku mencuri pada saat stres.

Tapi, tidak di saat dia tanpa tekanan atau masih bisa mengatasi stresnya. Untuk anak-anak yang beban stresnya relatif lebih sedikit dibanding orang dewasa, penyebabnya bisa karena ketidakseimbangan di otak. Rini menjelaskan, penderita kleptomania memiliki ketidakseimbangan seretonin. ''Yaitu brain chemical di otak yang berkaitan dengan pengaturan emosi, impuls, kontrol diri, agresivitas, dan perasaan,'' lanjutnya. Meski begitu, tetap harus dilihat lebih jauh penyebabnya. Sebab, anak-anak sedang mengalami perkembangan otak.

`'Perlu diketahui apakah anomali tersebut terjadi sejak lahir atau karena ada pengaruh dari lingkungan,'' katanya. Lingkungan keluarga yang sangat menekan, misalnya, bisa mempengaruhi otak anak yang sedang berkembang. Anak sering melihat orang tuanya bertengkar yang kasar, bahkan melibatkan dirinya. Padahal, seorang anak, idealnya tidak menjalani kehidupan yang menekan. `'Emotional distress bisa mempengaruhi pemebentukan sistem neurologi di otaknya, produksi sel-selnya, produksi hormonnya hingga transmiter-transmiter yang ada di otak,'' tegas Rini. Kasus kleptomania pada anak pernah terdeteksi pada usia lima tahun, walau jarang.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement