REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Coba perhatikan, seberapa sering Anda memarahi anak Anda. Atau seberapa sering Anda mengucapkan kata-kata kasar dan mencap anak dengan nilai yang buruk.
Misalnya, karena gambar yang dibuat anak Anda tidak bagus lantas Anda langsung mengatakan gambarnya jelek. Jika ini terus terulang, bisa jadi inilah yang menyebabkan trauma pada anak.
"Anak-anak yang sering ditempa oleh kata-kata kasar dengan sendirinya akan membentuk karakter kasar," kata Dr Amir Zuhdi, Parenting Neuroscience di Jakarta.
Menurut Amir, otak anak yang mengalami trauma karena kata-kata kasar menjadi mengecil atau mengkerut. Dan anak akan mengalami nonvernbal learning disoster. Akibatnya, anak menjadi susah diajak berkomunikasi dan cenderung tertutup. Bahkan anak seringkali merasa tidak nyaman berada didekat Anda dan memilih menjauh.
"Penyebabnya karena seringkali orangtua memberikan judgement buruk pada anak sehingga anak juga mencitrakan dirinya sendiri jelek," tambahnya saat mengisi seminar parenting "Menjadi Pelatih Emosi Anak", Sabtu (25/5).
Dan bukan hal yang mudah untuk menyembuhkan trauma anak ini. Perlu dilakukan usaha yang keras. Yang perlu Anda lakukan pertama adalah pahami anak dari cara pola pikirnya. Jangan paksakan anak untuk mengerti dengan apa yang Anda pikirkan. "Karena orang dewasa sudah memiliki pertumbuhan otak yang sempurna sedangkan anak belum," lanjutnya.
Selanjutnya, orangtua perlu menstimuli anak secara terus menurus dengan sesuatu yang baik dan benar. Agar, anak bisa kembali berinteraksi dengan baik. "Jangka waktu yang dibutuhkan tidak sebentar, tergantung pada orangtua dan anak. Bahkan sampai beberapa tahun baru benar," katanya.