Selasa 16 Jul 2013 14:07 WIB

Ada Ibu, Kok Malah Bandel?

Anak nakal/ilustrasi
Foto: myjerichochristianacademy.org
Anak nakal/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Pengasuh yang baik, saya memiliki anak usia kurang dari enam tahun. Saat ini ia sudah mandiri tapi hal itu terjadi hanya pada saat saya tidak ada di rumah. Saya single parent. Bila saya bekerja ia tinggal dengan kakak perempuan saya yang juga memiliki dua orang anak.

Anak saya tampak manis dan patuh bila berada di dekat kakak saya, tapi bila saya di rumah ia menjadi tidak penurut dan sering memaksakan kehendaknya. Ia sering meminta sesuatu dengan cara-cara yang kurang baik seperti memukul, mencubit, dan menangis keras-keras serta berteriak-teriak. Yang menjadi keheranan saya, kenapa saya menjadi 'musuh' buat dia. Saya jadi bingung, Bu.

An

Jakarta

 

 

Jawaban:

Ibu An yang baik,

Saya dapat merasakan kebingungan dan kesedihan Ibu. Sebagai seorang ibu tentu kita ingin dekat dengan anak. Dan, ingin ia tumbuh sehat, pandai, dan berakhlak mulia. Namun, karena suatu hal terutama pengasuhan yang kurang memadai, anak tampil bukan menjadi penyejuk hati.

Melihat kasus pada anak Ibu sepertinya ia megnalami pengasuhan yang tidak konsisten. Hal ini disebabkan karena anak Ibu menerima perlakuan yang tegas dari tante dan sikap tante tidak mudah dipengaruhi oleh rengekan dan rajukan anak. Selain itu, anak juga mungkin merasa takut untuk melakukan pelanggaran karena cemas dengan konsekuensi yang tegas.

Namun, ketika bresama Ibu ia memperoleh toleransi yang besar sehingga ia memanfaatkan tangisan, teriakan, dan tingkah laku agresif lainnya sebagai senjata. Akhirnya, anak berlaku kurang sopan dan cenderung melawan pada Ibu. Hal ini diperburuk bola Ibu tidak memberikan konsekuensi pada tingkah lakunya yang kurang kita kehendaki. Akibatnya, anak menjadi berani dan memaksakan kehendaknya.

Sebagai single parent, Ibu tentu merasa bingung harus berbagi masalah ini kepada siapa. Selain itu perasaan bersalah meninggalkan anak untuk bekerja juga dapat menyebabkan Ibu melakukan 'bonus' atau toleransi yang tidak tepat pada anak.

Untuk itu, sebaiknya Ibu membebaskan perasaan Ibu dari rasa bersalah dan mulai mengatur waktu Ibu untuk lebih banyak bermain dengan anak agar jiwanya tenang karena mendapat perhatian yang cukup.Mulailah membuat kesepakatan dengan anak kuntuk mengikuti aturan yang sudah ditentukan. Ajarkan anak mengontrol emosi melalui diri sendiri.

Ibu juga harus belajar mengelola emosi dengan baik dan tidak mudah terperangkap dalam rengekan dan tangisan anak. Contohkan pada anak cara meminta yang baik. banyaklah bermain dan bercerita pada anak sehingga ia merasa aman dan senang bersama Ibu.

Pada saatnya ia memahami hal-hal baik dan buruk dan cerita yang ia berikan, ia akan menjalankan di dalam kehidupannya. Jadi, Bu, gunakan 3 B (bernyanyi, bercerita, dan bermain) sebagai sarana pembentukan akhlak mulia anak.

Wassalam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement