REPUBLIKA.CO.ID, Seiring pertumbuhan penggunaan internet yang begitu pesat, tak bisa dipungkiri telah menciptakan sebuah gaya hidup sekaligus menjelma menjadi sebuah predator, di hampir semua kalangan, bahkan anak-anak. Internet, telah memberikan banyak hal positif dan sangat berguna bagi kehidupan. Namun di sisi lain, kemajuan teknologi informasi dan komuniksi ini berpotensi memberi dampak buruk, khususnya pada golongan usia anak-anak dan remaja.
Menurut psikolog pendidikan asal Yogyakarta, Niken Iriani LNH MSi Psi, anak-anak yang kecanduan internet, tidak memiliki kemampuan berpikir logis. Pikiran anak-anak yang kecanduan internet sangat instan, tidak memiliki daya juang dan tidak mandiri. Sebab, tidak bisa lepas dari ketergantungannya terhadap internet. Yang lebih parah lagi, kata Niken, anak menjadi malas. “Memang ada anak-anak yang menjadi kreatif berkat internet, namun sebagian besar pecandu internet, daya kreatifitasnya menjadi tumpul. Bahkan sifatnya cenderung hedonistis,’’ katanya menambahkan.
Menurut dia, anak-anak yang sering main game online banyak yang ketagihan. Sehingga menjadi malas belajar dan bahkan membuat anak bermusuhan dengan orangtua maupun sekolah. Permusuhan muncul, karena terjadi perbedaan cara berpikir anak dengan orang tua maupun sekolah.
Bahkan, kata Niken, dampak yang sama juga tidak jarang melanda pecandu internet ka langan orang dewasa. Karena kecanduan, men jadi malas ke kantor, atau bahkan malas me ngerjakan tugas-tugas kantor. ‘’Internet itu te lah membuat malasmalasan massal,’’ katanya.
Padahal, penggunaan internet di negara ini sangat bebas, serta tidak ada pengawasan dari pemerintah. “Mengantisipasi dampak buruk internet, mestinya pemerintah bersungguh-sungguh memperhatikan pendidikan karakter. Karena dampak penggunaan internet berkaitan dengan pendidikan karakter. Saya melihat, dalam hal ini pemerintah belum bersungguh- sungguh.’’
Menurut Niken, untuk mengurangi dampak buruk pengguna internet kalangan remaja dan anak-anak, orangtua dan sekolah harus tegas. Anak, katanya harus dibatasi dalam menggunakan internet. Sementara sekolah dalam memberikan tugas-tugas yang menggunakan internet, sebaiknya berkaitan dengan kreativitas dan cara berpikir yang benar.