REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu teknologi irigasi yang dikembangkan peradaban Islam bernama Noria. Teknologi yang yang satu ini digunakan pada sistem irigasi buatan. Untuk memudahkan aliran air secara konstan, masyarakat Muslim menggunakan noria, dalam bahasa Arab na'ura, yakni sebuah mesin pengangkat air yang masuk ke dalam saluran air kecil.
Ada tiga jenis noria yang dikembangkan para insinyur Muslim. Noria yang paling terkenal adalah noria dengan roda vertikal menggantung dengan ember berantai. Ember tersebut bisa masuk ke dalam mata air hingga 8 meter atau 26 kaki.
Ini merupakan noria yang paling kuno, yang digerakkan keledai atau banteng. Dengan sistem yang masih sama, noria jenis kedua digerakkan o angin. Angin menggerakkan noria di sekitar Cartagena, Spanyol.
Noria jenis ketiga menggunakan energi yang berasal dari aliran sungai. Ini meruapakn noria yang besar. Alat ini mampu mengangkat air dari sungai ke saluran air kecil yang lebih tinggi.
Noria tidak dilengkapi dengan power otomatis untuk setiap proses. Noria dapat meningkatkan air yang sebelumnya tidak penuh menjadi penuh. Noria terbesar di dunia, dengan diameter sekitar 20 meter, berlokasi di Syria kota Hama. Sejak saat itu, Noria menjadi dasar dari sistem irigasi canggih.
Penggunaan Noria menyebar dengan cepat ke berbagai wilayah di dunia. Noria pun menjadi aset negara untuk menjamin distribusi air yang adil. Di beberapa daerah di Valencia saja terdapat sekitar 8.000 noria untuk mengairi daerah pertanian.Selain itu juga alat lain bernama saqiya.
Alat ini juga berfungsi untuk mengangkat air dengan menggunakan alat yang berupa roda gigi. Teknologi ini digerakkan oleh binatang peliharaan sepeti keledai atau unta.