Senin 21 Jan 2019 20:20 WIB

Filsafat dan Landasan Kelembagaan Jadi Penguat Sains Islam

Kemajuan pesat itu tidak terlepas dari keberadaan lembaga-lembaga pendidikan,

Kitab kajian pertanian karya ilmuwan Muslim di abad pertengahan.
Foto: Muslimheritage.com
Kitab kajian pertanian karya ilmuwan Muslim di abad pertengahan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perintah menuntut ilmu dalam Alquran dan Hadis tersebut mendorong kaum Muslimin pada abad-abad pertama Hijriyah untuk menerjemahkan berbagai buku dari bahasa Yunani, Persia, India, dan Cina ke dalam bahasa Arab. Kemudian oleh para filsuf Muslim, ilmu-ilmu itu diklasifikasikan secara sistematis.

Klasifikasi ini yang menjadi dasar bagi para ilmuwan Muslim untuk mengembangkan sains, terutama ilmu pengetahuan alam dan ilmu alatnya, yaitu matematika dan logika. Inilah landasan kedua, filsafat sebagai salah satu pendorong kemajuan sains Islam di masa kejayaan.

Filsuf Islam yang pertama, al-Farabi (257 H/870 M-339 H/950 M), mengklasifikasi ilmu menjadi lima, yaitu ilmu-ilmu bahasa, ilmu logika, ilmu-ilmu persiapan, ilmu-ilmu kealaman, dan ilmu-ilmu masyarakat. Klasifikasi al-Farabi ini diteruskan dan disempurnakan pada abad berikutnya oleh Ibnu Sina dalam Kitab asy-Syifa dan oleh Ikhwan as-Safa dalam ar-Rasa'il.

Penyempurnaan klasifikasi ini berpuncak pada klasifikasi Ibnu Khaldun, seorang sejarawan dan Bapak Sosiologi Islam, yang dengan tegas membagi ilmu menjadi dua golongan besar, yaitu ilmu-ilmu 'aqli atau ilmu-ilmu intelektual dan ilmu-ilmu naqli atau ilmu-ilmu tekstual. Ilmu-ilmu 'aqli meliputi logika, fisika, metafisika, dan matematika. Adapun ilmu-ilmu naqli meliputi ilmu Alquran, hadis, fikih, kalam, tasawuf, dan ilmu-ilmu kebahasaan.

Sementara al-Gazali (450 H/1058 M-505 H/1111 M) memberikan empat macam klasifikasi ilmu berdasarkan berbagai kriteria. Berdasarkan praktiknya, ilmu dapat dibagi menjadi ilmu teoretis dan ilmu praktis. Berdasarkan cara mendapatkannya, al-Gazali membagi ilmu menjadi ilmu huduri yang didapat secara langsung dan ilmu husuli yang diperoleh melalui pancaindra.

Pengelompokan yang ketiga berdasarkan kaitannya dengan agama. Dia membedakan ilmu-ilmu syar'iyyah dan ilmu-ilmu 'aqliyyah. Klasifikasi al-Ghazali yang terakhir berdasarkan hukumnya, yaitu ilmu-ilmu yang fardu ain dan ilmu-ilmu yang fardu kifayah. Berdasarkan klasifikasi al-Gazali ini, sains bersifat husuli, 'aqliyyah, dan fardu kifayah.

Landasan Kelembagaan

Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan pesat di masa kejayaan Islam. Kemajuan pesat itu tidak terlepas dari keberadaan lembaga-lembaga ilmiah dan pendidikan. Lembaga ilmiah pertama didirikan oleh Khalifah al-Ma'mun (813-833) di Baghdad, yaitu Baitulhikmah. Lembaga kedua adalah Darul Hikmah, yang didirikan oleh penguasa Fatimiah di Kairo, Mesir, al-Hakim, pada 1004 M.

Di Baghdad juga terdapat al-Hamiyah, yang didirikan pada 1076 M oleh Nizam al-Mulk, seorang menteri dari Persia. Pada 1243 M sekolah itu diperluas menjadi Madrasah al-Muntasiriah yang dilengkapi dengan rumah sakit. Di Suriah terdapat pula sekolah-sekolah sejenis, misalnya ar-Rasyidah dan al-Aminiah. Adapun di Mesir terdapat an-Nasiriyah dan as-Salahiyah. Sekolah-sekolah tinggi lainnya tersebar di Spanyol dan Asia Tengah.

Selain perpustakaan, observatorium merupakan pusat-pusat penelitian keilmuan Islam yang paling maju. Observatorium yang pertama adalah Syamasiah yang didirikan Khalifah al-Ma'mun di Baghdad sekitar 829 M. Pembangunan observatorium ini segera diikuti oleh pembangunan observatorium al-Battani di ar-Raqqah dan observatorium Abdurrahman as-Sufi di Syiraz. Pada abad-abad berikutnya, sejumlah penguasa membangun observatorium lebih banyak lagi, tersebar dari Spanyol di Barat hingga ke Asia Kecil di Timur.

Rumah-rumah sakit merupakan sarana pengembangan ilmu yang tak dapat diabaikan, terutama kedokteran dan farmasi. Rumah sakit pertama dalam peradaban Islam didirikan pada 707 M oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik dari Dinasti Umayyah di Damaskus. Para penguasa berikutnya tak mau ketinggalan dalam pembangunan rumah sakit. Di Mesir didirikan Rumah Sakit Manshuri dan di Baghdad didirikan Rumah Sakit an-Nuri.

sumber : Islam Digest Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement