Rabu 24 Apr 2013 08:18 WIB
Catatan Perjalanan Tim ACT ke Suriah

Perkenalkan Dokter Mu’tashim

dr Mu'tashim didampingi relawan medis ACT
Foto: Doddy Claveland/ACT
dr Mu'tashim didampingi relawan medis ACT

REPUBLIKA.CO.ID, Nama nya Mu’tashim Hasinat. Orang asli Yordania. Usianya sekitar 32 tahun. Profesinya Dokter. Mendapat gelar dokter dari sebuah Universitas di Ukraina. Fasih berbahasa Rusia dan Inggris, serta Arab tentunya. Sayangnya ia tidak bisa bahasa Melayu. Bergabung dengan JHAS (Jordan Health Aid Society) sejak bulan lalu.

Dokter ini bertugas di Klinik MedEvac, Entry point di Al-Mafraq, perbatasan Suriah dan Yordania. Ketika relawan medis Indonesia bertugas di klinik ini, dan berjaga pada waktu malam, sering bertemu dengan dokter Mu’tashim.

Dari percakapan denga Mu'tashim, terungkap dokter ini adalah dokter yang ‘gila kerja’. ''Saya ingin terus menerus menangani pasien,'' katanya.

Setelah tugas malam di klinik medEvac, dan istirahat sebentar, dokter ini masih bekerja di klinik sebuah kawasan industri tekstil. Disana, ia juga menangani banyak pasien.

Ketika bertugas di klinik MedEvac, dokter Mu’tashim tidak pernah lupa membawa kue-kue, biskuit, permen, bahkan roti. Kesemuanya itu diberikan kepada pasien yang membutuhkan. Kesemuanya berasal dari kantongnya sendiri. Hal ini untuk menyiasati larangan bantuan langsung berupa uang maupun barang kepada para pengungsi.

Pada suatu dinihari yang sangat dingin, datang seorang Ibu pengungsi Suriah dengan Ibunya. Setelah di cek oleh dokter Mu’tashim dan dokter Lukman (Relawan Medis Indonesia-ACT), terlihat bahwa bayi ini kurang asupan susu. Dari dialog dengan sang Ibu, terungkap bahwa bayi ini sudah lama tidak tersentuh oleh susu. Kasus seperti ini memang banyak dijumpai pada pengungsi Suriah yang kesulitan mendapatkan susu.

Mengetahui kondisi tersebut, dokter Mu’tashim segera keluar klinik menuju mobilnya. Saya pun ikut dengannya. Mobil dokter Mu’tashim ini adalah jenis sedan tua periode awal tahun 80 an. Dengan mobilnya, kami berkeliling di kota AlMafraq untuk mencari toko atau apotek yang menjual susu bayi. Setelah berkeliling beberapa lama, akhirnya kami menemukan sebuah apotek yang masih buka. Kami pun membeli susu disana. Ketika saya hendak membayar, dokter Mu’tashim menolak. Dia bilang, biar dia saja yang bayar. Akhirnya kami membeli 3 kaleng susu. 1 kaleng dibayar sendiri oleh sang Dokter.

Begitu tiba di Klinik, segera dokter Mu’tashim memberikan 1 kaleng tersebut kepada Ibu si bayi, sedang 2 kaleng untuk pasien lain. Saya tanya ke dia, “ apa dokter rutin melakukan hal seperti ini “. Jawab dia:  “Saya kasihan sama pengungsi Suriah...Biarlah uang keluar dari saya setiap saya bertugas...InsyaAllah sebagai sedekah saya yang akan memberi berkah bagi keluarga saya..”

Pada malam itu kami menangani banyak pasien, sebanding dengan banyak nya jumlah pengungsi yang lari dari kota Dar’a di Suriah, menghindari pertempuran yang semakin menggila.

Pagi pun tiba. Kebetulan memang sang Dokter bertempat tinggal di kota Irbid, satu kota dengan apartemen tempat tinggal kami para relawan Indonesia. Irbid sekitar 40 menit dari klinik MedEvac. Kami, yaitu saya, dokter Lukman, Suster Metty, dan ustaz Zulkilfli, menumpang mobil pak Dokter hingga apartemen. Ketika tiba di apartemen, mobil tua pak dokter sempat mogok. Kami pun mendorong dengan sukarela dan bersemangat hingga mobil tersebut dapat jalan kembali..

Dokter Mu’tashim, kami salut kepadamu. Engkaulah dokter kemanusiaan sejati...Andai beribu2 Mu’tashim hadir di dunia ini, tentulah dunia akan lebih berseri...

Penulis: Doddy Cleveland HP (Direktur Global Humanity Response - ACT)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement