REPUBLIKA.CO.ID,Lahirlah kita di suatu masa
Ketika dunia tampak bagai berlian
Ketika akhirat tampak tak punya muka
Memang mungkin itu kodrat manusia rapuh iman
Memang mungkin itu berlaku sepanjang masa
Tapi kita lahir di masa yang berbeda
Orang menyebutnya DIGITAL
Bukan teknologi yang jadi soal
Ini soal hati
Rasa-rasanya, kemudahan hidup itu bukan lagi kemewahan
Menjentikkan jari saja, urusan transfer uang selesai
Ini bukan mengagungkan kemudahan yang dimiliki orang-orang kaya,
Hanya refleksi tentang sejarah dan hari ini
Saya pernah dengar,
Cerita tentang masa lalu yang sulit
Saat kata menyerah mulai punya arti,
Tapi tak kunjung menjadi pilihan hati
Dulu, hidup penuh perjuangan
Jika tak mau memeras keringat, mati saja
Saya pernah dengar itu
Masa-masa sulit itu dulu bertanya,
Tentang akar dan batang identitas
Prinsip diuji kebesarannya ketika berjumpa dengan persimpangan jalan
Cita-cita atau nikmat?
Pilih sajalah
Prinsip mulai berarti saat ia dianggap tidak punya arti
Saat jiwa ini terbuai semerbak harum duniawi
Saat jiwa ini mulai tinggal landas dari ketenangan dan ketentraman
Hebatnya, ia muncul lagi,
Saat kita bertanya soal makna hidup hakiki
Waktu terus bergulir
Lahirlah manusia-manusia baru setelah masa sulit itu
Ya, kita
Saya mulai beranjak besar dan mendengar cerita masa lalu itu
Rasanya, begitu mudah hidup masa ini
Tak banyak sulit,
Hanya jangan sampai berbelit dengan pendidikan dan uang
Cerita itu banyak bercerita tentang pengorbanan
Dari awal lahirnya manusia baru itu hingga kini
Waktu kecil dulu,
Di balik baju hangat yang membungkus tubuh ini,
Ada cerita tentang air mata
Di balik susu manis yang mengisi perut,
Ada cerita tentang keringat
Air mata dan keringat akan selalu tercucur hingga akhir masa
Sebuah pengabdian suci
Abadi
Saat lahir kita memiliki,
Akan tibalah saatnya kita kehilangan
Ini soal paling rumit
Lebih rumit dibanding rumus integrarl yang diajarkan guru
Ah, kehilangan
Jika cincin emasmu dirampas oleh kelaparan,
Kau dapat membelinya lagi dari toko di pasar
Jika jiwa-jiwa di sisimu habis digerogoti waktu,
Habislah sudah
Tak ada asa untuk menjamahnya kembali
Tak ada kenyataan untuk memeluknya lagi
Cukup sudah soal kehilangan
Semua hanya tentang pilihan
Berdiri di tengah badai
Berlutut pada kemunafikan
Atau sekedar menjadi buih di lautan,
Yang tidak disadari kehadirannya oleh dunia.
Aldo Febriansyah Putra (Klub Jurnalistik Angkatan II Republika Online)