Ahad 27 Mar 2016 09:16 WIB

Guncangan Haji Dan Umrah

Red: M Akbar
Ilustrasi Jamaah Umrah
Foto: AP / Mosa'ab Elshamy
Ilustrasi Jamaah Umrah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Harri Ash Shiddiqie

Umrah terlunta-lunta, gagal ?

Tahun 1853 seorang petualang  dari Inggris, Richard Francis Burton, mengadakan perjalanan mengikuti jamaah haji ke Makkah. Di tanah Arab itu, rombongan mendarat di pelabuhan Yanbu. Rombongan lalu berangkat ke timur, sekitar 200 km menuju Madinah. Di tengah perjalanan ia hampir mati. Rombongan kafilah diserang perampok, 12 orang meninggal.

Dari Madinah ia menempuh 450 km menuju Makkah. Burton melukiskan perjalanan kafilah itu indah tetapi tegang. Perjalanan yang lambat, bergoyang-goyang. Terkadang mendaki gunung batu yang rendah, kering, panas, tak ramah. 

Di bawah kubah langit luas, selalu dibayang-bayangi kekhawatiran perampok menyerang. Rasa jeri itu berhias talbiyah, bersama dan bersahut-sahutan. Suara talbiyah lalu mengalun jauh, terkadang bergema pantulan. Itu dirasakan Burton semacam gumam, atau erangan ketidak-berdayaan dalam nada kepasrahan.

Makkah masih jauh ketika perampok menyerang. Kafilah itu bukan kafilah kecil. Pemimpinnya Kapten Zayd menyewa lebih dari 200 orang pasukan pengaman. Tetapi perampok juga bukan sekelompok idiot, mereka punya pengalaman merampok. Tembak menembak terjadi, kafilah terkoyak, onta tak terkendali, banyak yang tertembak, mati. Tragis.

Darah,  kematian, dan barang bawaan berhamburan. Meski perampok itu mundur, kafilah tidak mungkin mengemas apa yang telah berceceran, apalagi harus mencari onta pembawa barang yang lari entah kemana. 

Air, bahan makanan, waktu dan kelelahan membuat Kapten Zayd memutuskan dengan berani dan tegas: meneruskan perjalanan. Biarkan yang berceceran itu sebagai jatah perampok, bila tidak, mereka mengejar dan menyerang lagi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement