REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Saleh Partaonan Daulay*
Persoalan hubungan PAN dengan Muhammadiyah sering sekali menjadi sorotan. Setidaknya, ada dua momentum dimana persoalan itu selalu mencuat. Pertama, ketika perhelatan pesta demokrasi baik pileg maupun pilpres. Kedua, menjelang kongres, musywil, dan musyda PAN di berbagai daerah. Hubungan tersebut wajar dipertanyakan mengingat jejak historis PAN yang memang tidak bisa dilepaskan dari Muhammadiyah.
Biasanya yang disoal tidak lepas dari tiga tema. Pertama, kedekatan tokoh-tokoh PAN dengan Muhammadiyah. Kedua, representasi kader Muhammadiyah di PAN. Ketiga, peran dan fungsi PAN bagi pembumian dakwah Muhammadiyah di Indonesia.
Persoalan kedekatan tokoh PAN dengan Muhammadiyah setidaknya dapat diukur melalui tingkat intensitas komunikasi dan silaturrahmi dengan seluruh jenjang kepemimpinan yang ada serta perhatian dan keseriusan membantu gerakan dakwah Muhammadiyah. Persoalan ini memang agak sulit dideskripsikan mengingat banyak komunikasi dan silaturrahmi yang luput dari rekaman media. Namun dipastikan, dari sekian banyak tokoh PAN yang ada, hampir semuanya dapat dikatakan sangat dekat dengan Muhammadiyah.
Pada periode 2010-2015, misalnya, setidaknya ada tiga orang tokoh PAN yang bisa dijadikan contoh yaitu M. Amien Rais (Ketua MPP PAN), M. Hatta Rajasa (Ketua Umum DPP PAN), dan Zulkifli Hasan (Ketua DPP PAN yang juga menjabat sebagai menteri kehutanan). Tidak bisa dipungkiri bahwa ketiga tokoh itu tidak pernah putus komunikasi dengan Muhammadiyah.
M. Amien Rais tercatat masih sangat aktif menghadiri dan mengisi pengajian yang dilaksanakan oleh PP. Muhammadiyah, PWM, dan PDM-PDM yang ada di seluruh Indonesia. Pada tingkat Pimpinan Pusat, misalnya, M. Amien Rais masih dijadwalkan secara berkala untuk mengisi pengajian yang dilaksanakan oleh Majelis Tabligh PP. Muhammadiyah. Begitu juga, beliau masih sangat rajin memenuhi undangan pengajian yang dilaksanakan oleh PDM. Jadwal beliau mengisi pengajian di PDM kadang-kadang lebih dari dua atau tiga kali sebulan. Bahkan beberapa bulan yang lalu, beliau pernah mengisi pengajian di PDM kota Padang Sidempuan, Sumatera Utara (kurang lebih 520 KM dari kota Medan), PDM yang mungkin belum pernah dikunjungi oleh mantan ketua-ketua Umum PP. Muhammadiyah yang lain.
Begitu juga halnya dengan Ketua Umum DPP PAN, M. Hatta Rajasa. Selama diberi amanah untuk menjadi menteri, beliau selalu menyempatkan diri untuk bersilaturrahim dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah di daerah. Tercatat puluhan Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang sudah didatangi, baik untuk memberikan kuliah umum, bersilaturrahim biasa, maupun untuk menghadiri peletakan batu pertama pendirian gedung baru. M. Hatta Rajasa pun sering sekali mengunjungi amal-amal usaha Muhammadiyah lain seperti rumah sakit dan sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Tidak salah bila disebut bahwa beliau sudah mengunjungi sebagian besar kantor-kantor PWM dan PDM di berbagai wilayah. Kedekatan M. Hatta Rajasa dengan Muhammadiyah juga terlihat pada keseriusannya memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan kepada ortom-ortom Muhammadiyah. Selama saya memimpin Pemuda Muhammadiyah, dua dari tiga kali tanwir yang diadakan selalu dibantu dan dihadiri oleh beliau. Begitu juga dengan ortom-ortom lain seperti Aisiyyah, NA, IMM, dan IPM.
Bahkan, pada pileg yang lalu, beliau membuka pintu yang sangat lebar bagi kader-kader Muhammadiyah untuk ikut mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. Ini adalah bentuk kesadaran dan perhatian M. Hatta Rajasa pada Muhammadiyah. Terkait hal ini, mungkin saya yang selama ini agak banyak bertukar pikiran dengan beliau, bisa memberikan testimoni bahwa beliau selalu memberikan perhatian khusus dan lebih pada Muhammadiyah. Saya tidak pernah meragukan komitmen dan keberpihakannya pada gerakan dakwah Muhammadiyah.
Sejalan dengan M. Amien Rais dan M. Hatta Rajasa, Zulkifli Hasan juga dikenal dekat dengan Muhammadiyah. Ada banyak momentum besar Muhammadiyah dimana beliau mengambil peran penting. Dengan tangan terbuka, beliau selalu siap memberikan dukungan pada Muhammadiyah sesuai dengan kapasitas dan peran yang dimiliki. Beliau juga rajin menghadiri undangan-undangan yang disampaikan oleh Muhammadiyah baik di pusat maupun di daerah. Bahkan, Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Sumatera Barat baru-baru ini dibuka secara resmi oleh beliau. Pada saat pelantikan pengurus baru satu bulan kemudian, beliau kembali meluangkan waktu untuk memberikan pidato kebangsaan. Perlakuan dan perhatian yang sama juga diberikan kepada ortom-ortom Muhammadiyah lainnya.
Tokoh-tokoh PAN lain juga melakukan hal yang sama. Mungkin hanya berbeda dari sisi artikulasi dalam memberikan perhatian, bantuan, dan keberpihakannya. Karena itu, tentu tidak elok bila masih ada yang mempersoalkan kesungguhan PAN dan tokoh-tokohnya untuk membantu dakwah Muhammadiyah melalui jalur politik. Ke depan, tentu ada banyak hal yang masih perlu ditingkatkan. Selain komunikasi verbal, tentu diperlukan komunikasi substansial dalam bentuk perjuangan aspirasi Muhammadiyah di setiap pembahasan RUU di DPR. Harus ditemukan formulasi ideal sehingga independensi Muhammadiyah dalam bidang politik tetap bisa dijaga dan diteguhkan.
Terkait usulan beberapa kalangan agar kader-kader Muhammadiyah bisa lebih banyak berkiprah di PAN harus disambut positif dan sangat perlu ditindaklanjuti. Untuk masalah ini, mungkin secara informal Muhammadiyah bisa merekomendasikan nama-nama yang dinilai layak untuk ditransformasikan menjadi kader bangsa. Dengan begitu, kader-kader tersebut betul-betul bisa disebut sebagai representasi Muhammadiyah di PAN. Saya yakin, tokoh dan elit PAN akan membuka jalan lebar dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya.
Pada sisi yang lain, Muhammadiyah tentu perlu menjaga kedekatan dengan PAN. Kalau selama ini disebut dekat dengan semua partai, tentu PAN berharap ada kedekatan khusus dengan Muhammadiyah. Sadar atau tidak, sebetulnya kedekatan khusus itu sudah terbina tanpa perlu dipublikasikan. Buktinya, setiap perhelatan pileg, pilpres, dan kongres PAN, wacana hubungan PAN dan Muhammadiyah selalu diangkat. Hal yang sama tidak terjadi dengan partai-partai lain. Ini menandakan bahwa PAN dan Muhammadiyah selalu dekat karena itu harus saling menjaga dan membesarkan. Fastabiqul khairat.
* Penulis adalah Ketua DPP PAN, Ketua Komisi VIII DPR RI, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Periode 2010-2014.