REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mukhlis Yusuf
(Executive Coach pada Strategic Actions. CEO LKBN ANTARA 2007-2012)
Beberapa waktu lalu, saya diundang manajemen Telkom untuk berbagi pandangan di hadapan peserta Kursus Kepemimpinan (Suspim) di Geger Kalong, Bandung. Temanya tentang "Unselfish Leadership".
Pilihan topik itu sebenarnya menimbulkan pertanyaan: apakah ada pemimpin yang selfish alias mementingkan dirinya sendiri? Atau, jangan-jangan kebanyakan pemimpin selfish sehingga perlu topik khusus?
Saya mulai sesi ini dengan mengajukan pertanyaan: siapa pemimpin di Telkom dan di luar Telkom yang dikagumi? Mengapa? Jawaban peserta menarik. Kebanyakan mereka menjawab Cacuk Soedarjanto. Tak heran. Para peserta adalah para eksekutif senior yang pada awal 90-an mengalami masa-masa awal transformasi Telkom. Transformasi Telkom gelombang pertama.
Banyak kisah menarik dituturkan peserta dengan detail, terutama bagaimana Cacuk meletakkan fondasi manajemen Telkom. Cacuk banyak berinteraksi dengan karyawan, turun ke lapangan, rajin diskusi, dan mencari solusi atas masalah bersama. Semuanya itu berdampak pada pembangunan sistem dan budaya kerja baru di Telkom. Mengubah orientasi dari birokrasi kantoran menjadi budaya melayani pelanggan.
Cacuk memastikan arah bisnis secara strategis dan juga memastikannya berjalan di lapangan. Praktik hands-on. Tak lupa, selain perhatian pada produk dan kualitas layanan, Cacuk juga memberikan prioritas pada pengembangan kompetensi sumber daya manusia yang dilakukan intensif, termasuk menyempurnakan sistem remunerasi yang lebih merangsang kinerja. Meritokrasi dibangun.