Rabu 21 Dec 2016 04:57 WIB

Putaran Kedua dan Pengadilan Mengadang Ahok

Red: Muhammad Subarkah
Relawan Ahok berorasi di depan Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Foto:
Warga yang tergabung dalam kelompok Bangga Jakarta melakukan aksi damai menggunakan topeng pasangan calon Gubernur DKI Jakarta saat menyampaikan Petisi Pilkada Damai di depan Kantor KPU DKI Jakarta,Jakarta Pusat, Kamis (13/10).

Mengapa Ahok kuat di putaran pertama, tapi kalah telak di putaran kedua, baik Lawan Agus atau Anies? LSI Denny JA mencatat lima alasan.

Pertama, di putaran kedua, mayoritas pendukung Anies memilih Agus jika Anies gagal di putaran pertama. Sebaliknya mayoritas pendukung Agus memilih Anies jika Agus gagal di putaran pertama.

 Pemilih Agus dan Anies relatif dari segmen yang sama. Mereka terpecah di putaran pertama. Namun mereka bersatu kembali di putaran kedua jika melawan pasangan

Ahok.

Jika Agus vs Ahok di putaran kedua, dari 100% pemilih Anies yang akan pindah ke Agus  sebanyak 58,9 persen. Mereka hanya pindah ke Ahok sebanyak 9,5 persen. Jika Anies vs Ahok di putaran kedua, dari 100 persen pemilih Agus yang akan pindah ke Anies sebanyak 62,2 persen. Mereka hanya pindah ke Ahok sebanyak 10,4 persen.

Kedua, kantong pemilih yang besar  lebih banyak pindah ke Agus atau ke Anies Jika di putaran kedua melawan Ahok. Yaitu: Pemilih Muslim (85 persen populasi), Pendidikan SMA ke bawah (80 persen populasi), Etnis Betawi dan Jawa (70 persen populasi), Gender (Laki 50 persen, Perempuan 50 persen), Penghasilan 3,5 juta sebulan ke bawah (65 persen populasi).

Misalnya, pemilih Muslim (85 persen total populasi) untuk Agus bertambah 13,90 persen. Di putaran  kedua.  Sementara untuk Ahok hanya bertambah 3,4 persen.

Pemilih pendidikan SMA ke bawah (80 persen populasi) bertambah 14,20 persen  ke Agus, hanya bertambah 2,70 persen ke Ahok di putaran kedua.

 Pemilih laki-laki  (50 populasi) dan perempuan (50 persen populasi ) bertambah 11,50 persen dan 13,60 persen  ke Agus, hanya bertambah 2 persen dan 1,90 persen  ke Ahok di putaran kedua.

Pemilih Betawi dan Jawa (total 70 persen populasi) bertambah 17,20 persen - 13,00 persen Ke Agus, tapi hanya 3,30 persen - 1,90 persen ke Ahok di putaran kedua.

Pemilih  penghasilan 3,5 juta ke  bawah (65% populasi) bertambah Mendukung Agus sebanyak 10,50 persen, bertambah ke Ahok  hanya 3,50% persen di putaran kedua.

Simulasi pasangan Anies versus Ahok di putaran kedua, juga menghasilkan migrasi ke Anies yang jauh lebih besar ketimbang ke Ahok.

Ketiga, total pemilih yang tak ingin dipimpin Gubernur tersangka  di atas 60 persen, tepatnya di angka 65 persen. Sentimen ini menyulitkan Ahok untuk menang di putaran kedua, siapapun lawannya.

Keempat, total pemilih yang menganggap Ahok menista agama di atas 60 persen, tepatnya 65.7 persen.  Sentimen ini pula menyulitkan Ahok mendapatkan dukungan mayoritas di putaran kedua.

Kelima, total pemilih yang ingin gubernur baru di atas 60 persen. Trend yang menginginkan gubernur baru juga menaik dari waktu  ke waktu.

Terlalu banyak kendala dalam opini publik yang harus ditaklukkan oleh  Ahok di putaran kedua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement