Jumat 02 Sep 2016 07:31 WIB

Menggali Sains dari Persidangan Jessica

Wartawan Republika, Dwi Murdaningsih
Foto: Dok. Pribadi
Wartawan Republika, Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Dwi Murdaningsih

Kasus tewasnya Wayan Mirna Salihin pada Rabu, 6 Januari 2016 di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta masih bergulir hingga kini. Korban diduga tewas akibat menenggak kopi es vietnam yang dipesan terdakwa Jessica Kumala Wongso yang tak lain adalah sahabatnya.

Berbuan-bulan, penyelidikan demi penyelidikan hingga persidangan demi persidangan belum juga tuntas. Sebagian publik menyebut kasus ini berbelit-belit. Barangkali, publik beranggapan demikian lantaran persidangan kasus ini disiarkan secara langsung semua prosesnya secara live melalui televisi.

Masyarakat disuguhkan tayangan persidangan, bukan hanya satu atau dua jam, kadang hingga berjam-jam sidang itu belum juga selesai. Berbagai saksi juga telah dihadirkan dalam bersidangan, termasuk saksi ahli dari Universitas Udayana, I Made Gelgel Wirasuta. Dalam penjelasan I Made Gelgel Wirasuta di hadapan majelis hakim, akademisi ini menjelaskan bagaimana kopi sianida (mungkin) membunuh Mirna dan siapa yang (mungkin) harus bertanggung jawab atas kasus tersebut.

Kasus Jessica ini bisa menghadirkan sebuah pandangan baru. Bukan semata-mata soal hukum, persidangan ini bisa jadi membuat masyarakat tertarik untuk menjadi ilmuwan, atau setidaknya belajar sains.

Sebagai seorang ahli toksikologi, I Made membuat beberapa skenario dan hipotesis bagaimana secangkir kopi dengan campuran sianida bisa membunuh seseorang. Jika dalam dugaan Mirna tewas setelah meminum kopi Vietnam, maka I Made berupaya bereksperimen membuat kopi dengan ciri-ciri yang hampir sama dengan kopi yang diteguk Mirna.

 

Saat-saat I Made menjelaskan mengenai metabolisme sianida di dalam tubuh ini menjadi pelajaran sains terapan yang menarik bagi masyarakat yang menyaksikan sidang ini. Untuk membangun argumentasi awal, I Made melakukan percobaan membuat enam kopi es vietnam standar Kafe Olivier dan mencampurkan sianida di dalamnya. Setiap kopi dimasukkan sianida dengan urutan berbeda-beda.

Dalam percobaan itu, dia meracik sianida dalam jumlah takaran yang sama, tapi dengan cara penyajian berbeda. Ada kopi yang terlebih dulu dimasukkan air panasnya, kopinya, susunya atau sianidanya. Hasilnya, yang paling mirip dengan keadaan kopi es pada saat kejadian, baik aroma dan warnanya, adalah kopi es vietnam jadi, tinggal minum, lalu dimasukkan sianida atau pada percobaan keenam.

Analisa itu diperkuat dengan cara peracikan kopi bercampur sianida dengan berbagai metode. Menurut dia, jika sianida dituangkan di saat awal pembuatan kopi, maka bau menyengat akan menyeruak memenuhi ruangan. Tapi jika ditaburkan di saat kopi sudah jadi, maka sianida tidak akan menyengat, karena lamban berubah menjadi gas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement