Jumat 02 Mar 2018 11:19 WIB

Film Indonesia, Setelah Dilan 1990

Indonesia baru memiliki 1.500 layar untuk 250 juta jiwa penduduknya.

Red: Joko Sadewo
Indira Rezkisari
Foto: Republika/Daan
Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Indira Rezkisari*

Kehadiran film Dilan 1990 di layar lebar Tanah Air membawa harapan bagi insan perfilman Indonesia. Setelah satu bulan tayang di bioskop, film Dilan menembus angka enam juta penonton. Prestasi yang sebelumnya hanya dimiliki oleh film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1.

Keberhasilan film Dilan dilatari beragam faktor. Mulai dari jalan cerita yang sederhana, namun menghibur. Faktor pemilihan bintang utama yang menyegarkan. Iqbaal Ramadhan sebagai Dilan dan Vanesha Prescilla sebagai Milea adalah dua nama yang belum terlalu sering tampil di layar lebar, membuat penonton mudah menempatkan mereka sebagai pasangan di atas layar karena sebelumnya tidak mengasosiasikan keduanya dengan karakter lain di film sebelumnya.

Hingga faktor latar belakang film yang terjadi di era 1990. Atau era remajanya kelompok yang kini sudah mapan sehingga dengan mudah bisa menonton bioskop. Bahkan hingga berkali-kali.

Tidak mudah bagi film lain untuk mengekor kesuksesan Warkop DKI Reborn atau Dilan 1990. Laskar Pelangi yang tayang di 2008 ditonton oleh 4,7 juta orang.  Disusul Habibie & Ainun di angka penonton 4,5 juta dan Pengabdi Setan yang tayang tahun lalu dengan 4,2 juta penonton.

Pada tahun 2018 sudah banyak film Indonesia yang disiapkan. Rasanya hampir tiap pekan pula ada judul baru film Indonesia yang hadir di bioskop.

Menggarap film Indonesia, tapi tidak seindah bayangan akan penonton yang mencapai jutaan itu. Produser Rosa Rai Djalal saat berkunjung ke Republika.co.id mengatakan, pembuat film masih harus perlu memiliki jaringan dan hubungan yang baik dengan pihak bioskop demi mendapatkan layar. Alasannya sederhana, pemilik bioskop masih lebih suka memasang film Hollywood dibandingkan film Indonesia.

Artinya, meski film Indonesia bisa memenuhi seluruh layar bioskop namun pemilik bioskop tidak mau melakukan itu. “Paling kan film Indonesia dapat dua studio dari enam, misalnya,” kata Rosa.

Rosa yang sedang memproduseri film Guru Ngaji itu berharap ada perlindungan dari pemerintah terhadap film Indonesia. “Pembatasan film asing penting ya. Di Cina ada proteksi terhadap industri film lokal, jadi film asing justru dibatasi,” kata Rosa lagi.

Industri film Indonesia di tahun 2018 memang diprediksi bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia terjadi peningkatan drastis jumlah penonton film Indonesia di tahun 2017. Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengatakan pada tahun 2015 jumlah penonton film Indonesia sebanyak 16 juta. Di 2017, angkanya melonjak jadi 42,7 juta penonton.

Faktor yang mendasari pencapaian tersebut tidak lepas dari pencapai sejumlah film Indonesia yang mencapai angka jutaan penonton. Menurut Triawan, film Indonesia yang mencapai ratusan ribu penonton saja juga banyak jumlahnya.

Ia meyakini di tahun 2018 ini jumlah penonton film Indonesia akan lebih baik lagi. Apalagi, dia mendengar kabar ada 120 film Indonesia yang akan tayang di bioskop se-Indonesia.

Badan Ekonomi Kreatif menyatakan, potensi industri film di Tanah Air sangat besar untuk meningkatkan ekonomi kreatif. Sayangnya, film lokal masih kekurangan layar, sehingga film tidak bisa diputar secara maksimal.

“Film Dilan misalnya, kalau semua layar atau studio di bioskop tayangkan itu dan tidak bersaing dengan film luar negeri, mungkin penontonnya sudah sampai 10 juta. Presiden saja nonton Dilan," ujar Triawan.

Mengatasi kekurangan layar Triawan membuka keran investasi asing untuk membangun lebih banyak bioskop. Saat ini Indonesia baru memiliki 1.500 layar.

Coba bandingkan jumlah layar bioskop dengan Malaysia yang sudah mencapai 1.000 layar. Namun ingat Malaysia hanya memiliki 32 juta penduduk. Sedang Indonesia memiliki 250 juta jiwa sebagai penduduknya.

Pembuat film Mira Lesmana mengatakan, film Indonesia kini sudah lebih beragam. Berbagai genre dibuat produser tanpa mengekor film apa yang sedang laris.

Satu yang masih kurang adalah beragamnya film untuk anak-anak. Mira yang akan memulai syuting film anak-anak Kulari ke Pantai itu mengatakan dalam lima tahun terakhir ada sekitar 500 film Indonesia yang diproduksi. Tapi, jumlah film anak-anak tidak lebih dari 15 judul. Bahkan hanya satu film anak-anak yang masuk 10 besar perolehan penonton film, yaitu Laskar Pelangi.

Usai menonton film Dilan di bioskop, Presiden Joko Widodo menyampaikan keinginannya melihat industri kreatif Indonesia lebih berkembang. Kreativitas, katanya, dapat timbul dari sebuah kesederhanaan.

Film Dilan 1990, Presiden mencontohkan, adalah contoh sebuah kesederhanaan yang direkam dengan sudut pandang kamera yang tepat. "Sederhana tapi pas, gitu, tidak berlebihan. Tapi justru pasnya itu yang menyebabkan masyarakat menjadi semuanya ingin nonton dan saya harus sampaikan ini," kata Presiden.

Pekerjaan rumah untuk membangkitkan industri film Indonesia yang berkualitas pun masih sangat banyak. Sebagai penonton, mungkin kita bisa membantu pemerintah, pembuat film, hingga dunia seni film Indonesia dengan cara sederhana. Yaitu mulai dari menonton lebih banyak film Indonesia.

*)Penulis adalah Redaktur Republika.co.id

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement