Rabu 20 Jun 2018 12:21 WIB

Perjuangan di Palestina Belum Usai

Perlawanan Palestona terus dilakukan sekalipun seperti David vs Goliath

Ani Nursalikah
Foto: dok. Pribadi
Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Ani Nursalikah*

Kalimat-kalimatnya begitu menggetarkan. Dengan berteriak dia menyampaikan isi hatinya. Kata-katanya tegas. Setiap yang mendengarnya pasti merasakan emosi dalam suaranya.

"Kalian tikus-tikus! Kamilah yang kuat, kami si singa! Kalianlah tikus-tikus yang menjajah!" ujar seorang gadis kecil itu saat dalam sebuah sesi wawancara.

Ya, 'pidato' itu berasal dari seorang gadis cilik Palestina. Dia mengomentari kebiadaban Israel yang menjajah negeri dan membunuh rakyat Palestina.

Saya menontonnya di Youtube. Video berdurasi 56 detik itu diunggah pada 2015, namun setiap menontonnya saya merinding dan terharu. Memang benar jika ada yang bilang jangan lihat siapa yang berbicara, tapi apa yang ia bicarakan.

Sampai saat ini, demonstrasi masih berlangsung di perbatasan Gaza-Israel. Demonstran Palestina bertahan dengan senjata seadanya. Mereka melempar batu dan bom molotov menuntut hak pulang ke tanah mereka yang dicaplok Israel.

Yang terbaru, pemuda Palestina menerbangkan layang-layang dan balon yang membawa bom molotov masuk ke wilayah Israel. Komite parlemen Israel pekan lalu mengatakan kebakaran akibat aksi tersebut menghancurkan lebih dari 6.000 akre atau sekitar 2.428 hektare tanah dalam beberapa pekan. Kerugian ditaksir senilai dua juta dolar AS.

Pertempuran rakyat Palestina dengan senjata seadanya versus tentara Israel (Israel Defense Forces/IDF) laksana David melawan Goliath. Tak sebanding. Meski begitu, rakyat Palestina tak gentar.

Demonstrasi berlangsung sejak protes memperingati Hari Nakba pada 30 Maret 2018. Sejak hari pertama protes dilakukan, sebanyak 128 warga Palestina tewas di tangan pasukan militer Israel dan puluhan ribu orang luka-luka. Hari Nakba adalah hari di mana warga Palestina diusir secara besar-besaran oleh Israel pada 1948.

Sebuah laporan terbaru oleh Sekretaris Jenderal PBB  Antonio Guterres yang dijadwalkan terbit pekan ini memperingatkan krisis kemanusiaan parah di Gaza. Guterres juga memperingatkan perang baru antara Hamas dan Israel.

Laporan itu adalah hasil sampingan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2334 mengenai permukiman Israel yang disahkan pada Desember 2016. Resolusi itu disahkan setelah pemerintahan Obama memutuskan tidak memveto. Bersama dengan pemerintah Israel, tim transisi Trump dan presiden terpilih berusaha mencegah resolusi itu lolos.

Guterres terkejut dengan jumlah warga Palestina yang tewas dan terluka akibat penggunaan amunisi dan kekuatan berlebih pasukan Israel. Pembunuhan seorang relawan medis muda, Razan al Najjar, cukup menyita perhatian internasional. 

Sebelumnya, pada April, jurnalis Palestina Yasser Murtaja juga tewas dibedil tentara Israel. Israel secara gamblang melanggar aturan internasional yang melindungi petugas medis dan jurnalis. Dan, tampaknya dunia tak berdaya menghadapi Israel.

Majelis Umum PBB dalam resolusi teranyar, mengutuk Israel karena menggunakan kekuatan berlebihan terhadap warga sipil Palestina. Resolusi tersebut meminta Guterres merekomendasikan mekaninsme perlindungan internasional untuk wilayah Palestina yang dijajah Israel.

Resolusi tercapai dengan 120 suara mendukung, delapan suara kontra dan 45 abstain. Aljazair, turki dan Palestina menjadi negara yang mengajukan resolusi itu. Sebelumnya, AS memveto resolusi serupa di Dewan Keamanan PBB awal bulan ini.

Majelis Umum mengutuk roket yang ditembakkan dari Gaza ke kawasan sipil Israel, tetapi tidak menyebut Hamas. Meski tidak mengikat secara hukum, resolusi ini memiliki kekuatan politk.

Sementara itu, di akhir video, gadis cilik itu berseru, "Wallahi, wallahi, wallahi, insya Allah kami akan membebaskan Palestina!”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement