REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia
Ada dua pilihan bagi generasi muda untuk mengisi masa depan. Pertama menjadi generasi penerus atau generasi pelopor perubahan atau generasi pembaharu.
Generasi penerus merupakan pilihan ketika generasi di atas kita memang lurus, sholeh, profesional dan amanah. Sebagaimana para sahabat melanjutkan perjuangan Rasulullah Saw. Tabiin meneruskan perjuangan sahabat dan seterusnya.
Sedangkan ketika dihadapkan pada kenyataan memiliki generasi pendahulu yang secara umum tidak amanah, egois, tamak, tidak peduli, tidak menegakkan kebenaran dan lebih banyak menimbulkan kemudharatan, maka pilihannya adalah menjadi generasi pelopor perubahan atau pembaharu.
Saya teringat ketika reformasi baru dikumandangkan di akhir tahun 90-an dan di awal tahun 2000, lahirmotto “Potong satu generasi”yang diusung para pemuda penggerak reformasi.Intinya menghilangkan generasi lama yang sudah tercemar dengan korupsi, kolusi dan nepotisme di masa orde baru. Secara teori dengan masuknya generasi baru maka jaringan korupsi sudah dipotong dan dihapus, menyisakanhanya golongan muda, baru
dan bersih.
Sayang, kenyataannya, saat ini justru muncul generasi koruptor. Nama-nama baru dengan nilai korupsi yang luar biasa jumlahnya. Anak-anak muda di usia tiga puluhan dengan korupsi bernilai ratusan miliar rupiah.
Lalu apa yang harus dilakukan? Apakah mesti dipotong satu generasi lagi? Sementara yang tersisa kini anak-anak dan remaja yang jugadikelilingi oleh “hantu” korupsi dengan wajah berbeda. Korupsi nilai, bocoran UN dan sebagainya. Mendadak masa depan Indonesia seolah begitu pucat.
Penganugerahan tokohperubahan Republika 2013 yang baru saja di selenggarakan menyalakan lagi harapan akan generasi muda masa depan.
Di tengah begitu banyak kekacauan, kericuhan, masih ada anak-anak muda yang peduli, yang berbuat dan tidak terjebak dalam jeratan korupsi dan budaya buruk yang menjangkiti sebagian besar bangsa Indonesia.
Ada “Dokter Sampah” Gamal Albinsaid, yang mengabdikan diri bagi masyarakat untuk kesehatan. Ia rela mengobati rakyat yang tak mampu dengan bayaran sampah. Dua kebaikan sekaligus, menolong kaum miskin dan juga mengatasi masalah sampah. Usianya masih muda, 24 tahun. Tidak hanya inspirasi bagi Indonesia, sang dokter juga menjadi inspirasi dunia karena ia mendapat penghargaan The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneurship First Winner 2014 langsung dari Pangeran Charles di Inggris.
Ada juga Ridwan Hasan Saputra, penggiat olimpiade dan science yang memunculkan anak-anak cerdas dari kalangan tidak mampu. Ia tidak hanya membangun generasi yang cerdas akal tapi juga cerdas spiritual. Ia bertekad mencetak generasi yang suatu saat membuat Indonesia mampu menciptakan sumber daya baru setelah kini begitu banyak sumber daya alam yang dikeruk bangsa asing.
Lalu Abraham Samad, pemimpin lembaga anti korupsi yang tegas dan banyak melakukan manuver berani dalam menumpas korupsi.
Sementara Iko Uwais, merupakan tokoh muda yang mengharumkan nama bela diri Indonesia di dunia Internasional. Nama lain yang muncul,Indra Sjafri, pelatih nasional yang mempersiapkan generasi muda Indonesia masuk ke kancah piala dunia. Timnas yang selalu menunjukkan ekspresi kegembiraan ketika mencetak goal dengan sujud syukur.
Nama-nama di atas memberi saya keyakinan, ada lebih banyak generasi pelopor perubahan yang walau belum dikenali, saat ini berjuang bersama untuk kebaikan bangsa. Menjadi sumber inspirasisekaligus memberi denyut baru bagi masa depan Indonesia.